“Sebuah panel ahli perjalanan kemudian menyempurnakan daftar berdasarkan berbagai faktor, di antaranya aktualitas, kenyamanan dalam berwisata, serta nilai lain,” ujarnya.
Hasilnya, keheningan dan pesona alam kawasan Pemuteran, Bali dianggap layak masuk ke dalam jajaran elite Asia. Kawasannya yang tenang, dengan balutan bangunan-bangunan modern serta aroma laut yang dibawa tiupan angin pantai, dinilai sangat nyaman untuk mengajak wisatawan bersantai.
Di Pemuteran, wisatawan bisa asyik berjemur, sambil menikmati kegiatan lainnya.
Ketua Asosiasi Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Bali, I Ketut Ardana, bahkan berani menjamin keasrian kawasan yang berada 200 kilometer (km) dari Denpasar itu.
“Pembangunan dan pelestarian kawasan sangat terjaga. Semuanya kental dengan adat Bali. Operator diving (menyelam) dibatasi, jumlah hotel, hingga pedagang pun dibatasi oleh peraturan adat. Di desa ini hanya ada sekitar 12 hotel. Sisanya adalah homestay,” terang Ardana.
Aktivitas wisata yang bisa dinikmati di kawasan ini antara lain snorkeling, jet ski, sampai melihat terumbu karang melalui kapal beralas kaca.
"Diving (menyelam) pun tidak perlu jauh menggunakan perahu, sebab hanya dengan 10 meter (m) dari bibir pantai, wisatawan sudah bisa menikmati pemandangan terumbu karang hasil teknologi biorock kelas dunia,” ungkap Ardana.
Tarif sewa kamar untuk wisatawan sangat murah, yaitu mulai harga Rp 500.000 per malam. Saat ini, Desa Pemuteran telah memiliki hampir sekitar 1.000 kamar yang berbentuk hotel, resort, dan homestay. Homestay selalu diminati oleh wisatawan.
“Program Coral Reef Reborn Pemuteran, Bali, belum lama ini juga dianugerahi gelar runner up (tempat kedua) oleh United Nation World Tourism Organization (organisasi pariwisata PBB) untuk kategori Innovation in Non Govermental Organizations. Sekarang, 90 persen wisatawan yang datang ke Pemuteran adalah wisatawan asing, sementara 10 persen lainnya adalah wisatawan Nusantara,” pungkas Ardana.
Lonely Planet Terbaik di Asia untuk 2016