Ritual "Yadnya Kasada" Bakal Jadi Atraksi di Bromo

Madinah Suara.Com
Rabu, 13 Juli 2016 | 12:19 WIB
Ritual "Yadnya Kasada" Bakal Jadi Atraksi di Bromo
Gunung Bromo di Jawa Timur.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gunung Bromo diprediksi akan meriah di Juli 2016 , tepatnya 20-21 Juli. Gunung eksotik yang berada di Malang, Jawa Timur (Jatim) itu bakal menjalani salah satu ritual adat turun-temurun, bernama Yadnya Kasada Bromo atau Kasodo. 

”Ritual ini menarik dan akan digelar setiap bulan Kasada hari ke-14 dalam penanggalan kalender tradisional Hindu Tengger. Itu bertepatan dengan 20 Juli,” ujar sesepuh Bromo, Digdayo Djamaluddin, yang juga Ketua Badan Pengurus Cabang Persatuan Hotel dan Restoran (BPC PHRI) Bromo, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.

“Kami bersama para pengusaha hotel, tentu juga panitia, sudah siap menyambut even tersebut. Ini bisa menjadi atraksi budaya yang menarik,” lanjutnya.

Menurutnya, Yadnya Kasada Bromo telah digelar sejak zaman Kerajaan Majapahit. Gunung Bromo sendiri dianggap sebagai tempat suci oleh Suku Tengger. Upacara adat ini digelar di Pura Luhur Poten, tepat di kaki Gunung Bromo, pada tengah malam hingga dini hari.

”Unik, pemandangannya indah, ada iring-iringan ritual. Silakan menyaksikan sendiri, datang ke Bromo. Ini upacara yang boleh diikuti umum dan tidak tertutup,” ujar laki-laki yang selalu menggunakan baju khas daerah Jatim itu.

Digdayo menjelaskan, ritual itu bertujuan untuk mengangkat dukun atau tabib yang ada di setiap desa di sekitar Gunung Bromo. Dalam upacara Yadnya Kasada Bromo, Suku Tengger akan melemparkan sesajen berupa sayuran, ayam, dan bahkan uang ke kawah gunung tersebut.

”Sebelum Yadnya Kasada Bromo dilangsungkan, calon dukun dan tabib akan menyiapkan beberapa sesaji untuk dipersembahkan, dengan cara melemparkannya ke kawah Gunung Bromo. Persembahan sesajen ini dilakukan beberapa hari sebelum upacara,” katanya.

Salah Satu Tujuan Wisata Tersohor di Dunia

Gunung Bromo, yang terletak di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BTS) merupakan salah satu daerah tujuan wisata tersohor di dunia. Gunung ini memiliki panorama indah sekaligus mistis, sehingga menyodorkan suasana berbeda dibandingkan gunung lainnya. Di sini terbentang keindahan pegunungan dengan asap yang membumbung dari kawahnya dan di bawahnya terdapat lautan pasir luas yang menggelilinginya.

Foto panorama Gunung Bromo telah menghiasi banyak majalah wisata, koran, website wisata, kartu pos, hingga brosur pariwisata.  Pemandangan matahari terbit (sunrise) dan matahari terbenam (sunset) di sini sungguh menakjubkan dan tidak dapat ditemukan di belahan dunia lainnya.

Wisatawan dari berbagai negara yang datang ke Bromo seakan tidak pernah ada habisnya. Di sekitar Bromo hingga puncak gunungnya di Pananjakan, tidak ditemui tanaman hijau, selain semak belukar. Gunung Bromo memiliki lembah dan ngarai, dengan kaldera atau lautan pasir sekitar 5.250 hektare (ha), di ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Sesajen yang diberikan dalam ritual Yadnya Kasada adalah untuk Sang Hyang Widhi dan para leluhur, terutama Roro Anteng (Putri Raja Majapahit) dan Joko Seger (Putra Brahmana).

Didgdayo bercerita, tepat pada malam ke-14 bulan Kasada, Suku Tengger akan beramai-ramai membawa sesajen berupa hasil ternak dan pertanian ke Pura Luhur Poten dan menunggu hingga tengah malam, saat dukun ditasbihkan tetua adat. Berikutnya, sesajen yang disiapkan akan dibawa ke atas kawah gunung untuk dilemparkan, sebagai simbol pengorbanan yang dilakukan oleh nenek moyang.

Bagi Suku Tengger, tradisi melempar sesaji ke Kawah Bromo tersebut merupakan bentuk rasa syukur atas hasil ternak dan pertanian yang melimpah. Di dalam kawah telah menunggu banyak pengemis dan penduduk Tengger yang tinggal di pedalaman. Uniknya, mereka jauh-jauh hari sudah tiba di sini, bahkan sengaja mendirikan tempat tinggal sementara di sekitar Gunung Bromo.

Mereka berharap mendapatkan ongkek-ongkek yang berisi sesajen, berupa buah-buahan, hewan ternak, dan uang. Aktivitas penduduk Tengger pedalaman yang berada di kawah Gunung Bromo dapat Anda lihat sejak malam hingga siang hari, menjelang upacara Yadnya Kasada Bromo.

”Untuk menyaksikan Yadnya Kasada Bromo, Anda disarankan datang sebelum tengah malam, karena ramainya persiapan para dukun dan masyarakat. Perlu diperhatikan juga, perjalanan melalui jalan lain ke arah bawah gunung  perlu dilakukan secara beriringan dengan rombongan penduduk yang menuju pura, agar tidak tersesat. Kabut yang tebal dan jarak pandang terbatas bisa membuat wisatawan tersesat,” pintanya.

Sementara itu, Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya menyebut bahwa budaya dan tradisi ini memiliki kearifan lokal di Bromo. Ia mengingatkan agar atraksi alamnya diperhatikan dengan baik, terutama manajemen sampah, yang sering dikeluhkan banyak pihak di destinasi pegunungan.

“Service atau pelayanan yang baik, kebersihan, dan toilet yang terjaga, itu penting dalam jangka pendek. Jangka panjangnya adalah 3A, atraksi, akses, dan amenitas (fasilitas pendukung) yang tidak bisa ditawar-tawar lagi," katanya.

REKOMENDASI

TERKINI