6 Alasan Tidak Adu Nasib di Jakarta Pasca-Lebaran

Tomi Tresnady Suara.Com
Senin, 11 Juli 2016 | 08:01 WIB
6 Alasan Tidak Adu Nasib di Jakarta Pasca-Lebaran
Penjual suvenir di jalan raya kawasan Jakarta. [pixabay]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Data BPS mencatat, tingkat pengangguran terbuka (TPT) didominasi penduduk berpendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebesar 9,05% disusul jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), 17% dan Diploma I/II/III sebesar 7,49%.

Jadi pastikan Anda punya cukup skill yang memadai untuk mendapatkan pekerjaan sebelum memutuskan hijrah ke Jakarta.

4. Mahalnya Biaya Hidup

Berbeda dengan daerah atau kota kecil lainnya. Meskipun Upah Minimum di Jakarta lebih tinggi dibandingkan kota kecil lainnya, namun hal tersebut sebanding dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan ketika hidup di Jakarta.

Mulai dari biaya makan, tempat tinggal, hingga biaya transportasi sehari-hari. Sebagai contoh, di Jakarta, biaya yang dibutuhkan untuk sekali makan minimal adalah sekitar Rp15.000. Di daerah lain? Belum tentu sebesar itu.

5. Banjir

Sudah tidak menjadi rahasia umum lagi, jika Jakarta menjadi langganan banjir setiap tahunnya. Hal ini tentu saja berhubungan erat dengan kebiasaan membuang sampah sembarangan yang dilakukan oleh warga Jakarta.

Ditambah dengan sistem saluran air dan drainase yang buruk. Yang dirancang hanya untuk menampung curah hujan 50-60 kilometer per jam, padahal idealnya drainase di Jakarta berkapasitas 80 kilometer per jam.

Kalau sudah begitu, setiap musim hujan datang, bersiaplah menerima "sumbangan air berlebih" dari sungai sekitar rumah.

6. Tindak Kriminalitas Cukup Tinggi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI