Suara.com - Bagi Anda warga Ibu Kota Jakarta yang bosan dengan suasana Mal saat libur akhir pekan, Museum Nasional bisa jadi pilihan. Ya, museum yang berlokasi di Jalan Medan Merdeka Barat ini memiliki program 'Akhir Pekan @Museum Nasional' sejak 2013 lalu yang bekerja sama dengan Organisasi Dapoer Dongeng dan Teater Koma.
Hanya bermodalkan tiket masuk sebesar Rp5.000, Anda bisa mengajak teman maupun keluarga untuk mengeksplorasi artefak koleksi museum dengan cara yang menyenangkan dan tak biasa. Mengapa tak biasa?
Pendiri Dapoer Dongeng sekaligus produser program 'Akhir Pekan @ Museum Nasional', Yudhi Soerjoatmodjo mengatakan bahwa pengunjung tak hanya bisa melihat koleksi museum, tapi juga mendapatkan cerita di balik koleksi tersebut melalui pentas dongeng yang dibawakan Teater Koma.
"Kami mengajak keluarga Indonesia khususnya yang tinggal di Jabodetabek untuk tidak hanya sekedar berkunjung ke museum, namun juga berinteraksi dan mengeksplorasi koleksi museum lebih jauh," ujar Yudhi ketika ditemui Suara.com beberapa waktu lalu.
Meski dibawakan Teater Koma, Yudhi mengatakan bahwa isi cerita yang dipentaskan telah disesuaikan untuk target penonton anak-anak usia empat tahun ke atas. Selain itu interaksi antara pemeran teater dengan penonton juga dilibatkan agar pesan cerita benar-benar dapat dipahami.
"Tidak hanya pentas dongeng, kami juga mengajak anak-anak dan orangtua untuk menjelajah koleksi museum terkait dengan tema cerita yang dipentaskan sebelumnya. Sehingga mereka tidak hanya mendengar ceritanya saja, tapi juga melihat bukti peninggalan yang terkait," tambah Yudhi.
Tak Sekadar Mendongeng
Yudhi tak rela jika organisasinya disamakan dengan komunitas pecinta museum lainnya. Ia mengatakan bahwa dongeng yang disusunnya bersama tim Dapoer Dongeng lain daripada yang lain.
Butuh riset hingga tiga bulan demi menelurkan sebuah tema yang dipentaskan selama satu jam. Cerita yang diangkat pun tak sembarangan, yang mungkin jarang diungkap buku-buku sejarah pada umumnya.
"Kami riset, mengembangkan, dan mengimplementasikannya dalam bentuk story telling. Misalnya untuk mengangkat tema bandar dagang di Banten kami riset bukan di Banten, justru di London, mencari kaitan dan gambar yang relevan yang cenderung sulit untuk dicari," papar Yudhi.
Untuk menceritakan sebuah kisah sejarah, diakuinya memiliki tantangan tersendiri untuk membuat pengunjung memahami pesan yang diangkat. Untuk itu Yudhi mencari sisi lain yang menarik dari sebuah kisah sejarah yang kemudian akan dipentaskan dalam bentuk dongeng.
"Misalnya untuk kisah Pangeran Diponegoro, kami tidak menjadikan Pangeran Diponegoro sebagai subjek utama, justru yang kami ambil dari sudut pandang kuda tunggangan Pangeran Diponegoro," imbuhnya.
Pengemasan edukasi sejarah yang unik inilah yang membuat acara 'Akhir Pekan @Museum Nasional' tak pernah sepi pengunjung. Selama tiga sesi pementasan dalam satu hari 300-500 pengunjung memadati pentas dongeng ini.
Sumbang peningkatan 20 persen kunjungan
Sejak diadakannya program 'Akhir Pekan @ Museum Nasional' ini, Kepala Seksi Kemitraan Museum Nasional, Safei menuturkan bahwa terlihat peningkatan jumlah pengunjung museum yang juga dikenal sebagai Museum Gajah ini, sebesar 20 persen per tahun.
Ia pun menyambut baik inisatif komunitas yang ingin menyelenggarakan acara di Museum Nasional, karena dapat menyumbang jumlah pengunjung museum.
"Kami sangat senang jika ada komunitas atau organisasi pecinta seni dan budaya yang mengadakan acara di Museum Nasional. Karena mereka bisa mengajak massa untuk berkunjung ke museum dan diharapkan akan kembali pada kunjungan selanjutnya," ujar Safei ketika diwawancarai Suara.com beberapa waktu lalu.
Ia menambahkan, terhitung 2000an pengunjung memadati Museum Nasional setiap akhir pekan. Selain pentas dongeng yang diselenggarakan bekerja sama dengan Dapoer Dongeng dan Teater Koma, Museum Nasional, kata Safei, juga memiliki program belajar membatik dan tari tradisional secara cuma-cuma.
"Setiap hari Sabtu pengunjung bisa belajar membatik dan menari dengan ahlinya mulai pukul 10.00, ke depannya kita juga akan mengadakan permainan musik tradisonal seperti angklung, gamelan, sasando dan lainnya di Museum Nasional," imbuhnya.
Jika Anda tertarik untuk mempelajari sejarah dengan cara tak biasa, kunjungi Museum Nasional pada 24 Juli mendatang dengan tema pementasan 'Kemana Angin Bertiup, Kesana Meriam Ditunjuk' yang menceritakan mengenai bandar dagang di Aceh. Agar kebagian tempat saat menonton pertunjukan dongeng, tak ada salahnya Anda mendaftar terlebih dahulu di media sosial twitter, facebook, maupun instagram @museum_weekend.