Suara.com - Perempuan mampu menunggu dua kali lebih lama untuk menyentuh smartphone mereka, tetapi tidak satu lelaki pun yang bisa bertahan lebih dari satu menit untuk tidak menyentuh smartphone.
Sebuah penelitian yang dilakukan atas nama Kaspersky Lab oleh Universities of Würzburg dan Nottingham Trent, menemukan bahwa peserta penelitian yang berada di ruang tunggu sendirian rata-rata hanya bertahan selama 44 detik sebelum menyentuh smartphone mereka.
Lelaki bahkan tidak mampu bertahan lebih dari setengah waktu ini. Rata-rata mereka hanya mampu menunggu selama 21 detik saja, apabila dibandingkan dengan perempuan yang mampu menunggu selama 57 detik.
Untuk mempelajari lebih dalam lagi mengenai kedekatan kita terhadap perangkat digital, setelah sepuluh menit para peserta ditanya berapa lama mereka pikir waktu yang dibutuhkan sebelum mereka mengecek smartphone. Kebanyakan dari peserta mengatakan, antara dua dan tiga menit, menunjukkan adanya sebuah perbedaan yang jelas antara persepsi dan perilaku aktual.
Mengomentari temuan ini, Jens Binder dari University of Nottingham Trent, mengatakan penelitian menunjukkan bahwa pada kenyataannya kita terikat jauh lebih dalam lagi pada smartphone, dibandingkan yang kita sadari, dan telah menjadi sifat kedua kita untuk beralih ke smartphone ketika ditinggal sendirian bersama perangkat digital tersebut.
"Kita tidak bisa lagi hanya menunggu. Kecepatan informasi dan interaksi yang disampaikan melalui perangkat digital ini membuatnya lebih dari sekedar teknologi semata, tetapi sudah seperti pendamping digital dan koneksi bagi kita ke dunia luar," ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (9/7/2016).
Kedua universitas juga melakukan penelitian tambahan yang menunjukkan bahwa dorongan untuk memeriksa smartphone sebagai akibat dari rasa takut ketinggalan berita menarik di internet dan jejaring sosial dan takut tidak eksis atau fear of missing out (FoMo). Bahkan, dalam survei yang menyertai penelitian ini, para peserta yang lebih sering menggunakan smartphone mengakui bahwa mereka memiliki tingkat FoMo yang lebih tinggi.
"Semakin sering peserta menggunakan smartphone, maka semakin mereka merasa takut ketinggalan berita menarik di internet dan jejaring sosial ketika tidak mengakses perangkat digital tersebut. Sulit mengatakan mana diantara keduanya yang menyebabkan hal tersebut – apakah kita menggunakan smartphone lebih sering karena kita merasa takut ketinggalan berita menarik di internet dan jejaring sosial dan/atau takut tidak eksis, atau apakah karena terlalu seringnya kita menggunakan smartphone sehingga memunculkan perasaan khawatir tersebut," ujar Astrid Carolus dari University of Würzburg.
Penelitian ini juga menemukan bahwa semakin sering kita menggunakan smartphone kita, maka kita menjadi lebih stres. Namun yang mengejutkan, ketika peserta ditanya mengenai tingkat kebahagiaan mereka secara keseluruhan, tidak ditemukan perbedaan antara pengguna yang sering dan jarang menggunakan smartphone. Jadi, stres yang disebabkan oleh penggunaan smartphone tampaknya tidak memiliki pengaruh besar pada kesejahteraan kita secara umum.
Selama waktu tunggu 10 menit, rata-rata peserta menggunakan smartphone mereka selama hampir setengah dari waktu tersebut. Seperti penelitian sebelumnya oleh Kaspersky Lab yang menunjukkan bahwa saat ini kita sangat bergantung pada perangkat mobile sebagai perpanjangan dari otak kita, menggunakannya sebagai alat sehingga kita tidak perlu mengingat fakta lagi.
"Perangkat digital ini tidak hanya berharga dan penting bagi kita, tetapi juga bagi penjahat. Jika informasi pribadi kita berhasil dikompromikan dengan cara apapun, baik itu melalui pencurian atau serangan malware, maka kita berisiko kehilangan koneksi dengan teman-teman dan sumber-sumber informasi,” terang David Emm, senior security researcher di Kaspersky Lab.
Selama dua tahun terakhir, Kaspersky Lab meneliti dampak sosial dari digitalisasi dan bagaimana hal ini membuat banyak orang berpotensi lebih rentan terhadap kejahatan siber.