Lucunya Penampilan Perdana Bayi Gajah di Night Safari Singapura

Ririn Indriani Suara.Com
Senin, 04 Juli 2016 | 10:03 WIB
Lucunya Penampilan Perdana Bayi Gajah di Night Safari Singapura
Bayi gajah betina ini anak dari pasangan Chawang dan Sri Nandong yang dipelihara Taman Safari Singapura. (Foto: Wildlife Reserves Singapore)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bayi gajah betina yang merupakan anak dari Chawang dan Sri Nandong telah menampakkan diri dengan tingkah polanya bak putri raja yang menggemaskan, mulai dari belajar berjalan, mandi, atau makan.

Setelah berat badannya bertambah 40 persen, bayi gajah yang baru berusia dua bulan ini siap bergabung dengan para gajah dewasa di Wahana Gajah Night Safari dan menyambut para pengunjung.

Perlu diketahui, orangtua bayi gajah yang bernama Chawang merupakan hewan terbesar di Taman Safari Singapura, dengan berat badan empat ton. Tak heran bila selama ini ia dianggap sebagai Raja Night Safari. Dan, putrinya yan belum diberi nama itu sudah siap bergabung dengan lima ekor gajah lainnya di taman safari nokturnal yang pertama di dunia.

Selain kedua orangtuanya, kakak laki-laki bayi gajah itu, Sang Wira yang berusia 15 tahun, juga tinggal di taman safari tersebut.

Bayi gajah betina ini anak dari pasangan Chawang dan Sri Nandong yang dipelihara Taman Safari Singapura. (Foto: Wildlife Reserves Singapore)

Bayi gajah yang selalu ingin tahu dan cerdas ini mengejutkan para penjaga hewan pada 12 Mei tahun ini, ketika ia lahir ke dunia lebih awal dari perkiraan—Sang ibu baru hamil 19 bulan. Padahal umumnya masa kehamilan gajah sekitar 22 bulan.

Sejalan dengan semangat hidupnya yang berapi-api, si kecil tumbuh sangat cepat. Beratnya bertambah menjadi 210 kg, dari berat awal 149 kg saat ia lahir. Ia selalu ingin tahu apa saja, dan merupakan penggemar berat segala sesuatu yang basah.

Ia takkan pernah melewatkan kesempatan untuk berendam di kolam bermainnya, dan setelah itu berguling-guling di pasir.

Bayi gajah ini memang mulai menikmati kemandiriannya dan sangat dekat dengan ‘Bibi Tun’, perawat hewan yang penuh dedikasi yang ia anggap sebagai teman main yang luar biasa.

Gajah hidup dalam kelompok yang sebagian besar terdiri dari gajah-gajah betina yang masih berkerabat, yang berperan sebagai ibu pengganti bagi gajah-gajah muda dalam kelompok tersebut.
Meskipun bukan kerabat, Tun terus memainkan peran ini dengan penuh semangat dan senantiasa berada dekat untuk mengawasi si kecil.

Bayi gajah cerdas, lucu dan menggemaskan itu sudah mempunyai banyak pengikut di media sosial, setelah menjadi bintang dua video yang menunjukkan bagaimana ia menikmati segala sesuatu yang umumnya dilakukan oleh gajah seperti bermain air di kolam khas yang berwarna-warni pelangi, berjalan-jalan, dan mencoba makanan gajah dewasa.

Para penjaga anak gajah itu sedang menunggu kepribadiannya untuk terus berkembang sebelum memilih nama yang sesuai, yang mencerminkan karakternya, yang akan dipilih dalam beberapa bulan mendatang.

Bayi gajah betina ini anak dari pasangan Chawang dan Sri Nandong yang dipelihara Taman Safari Singapura. (Foto: Wildlife Reserves Singapore)

Dr Cheng Wen-Haur, Deputy Chief Executive Officer, dan Chief Life Sciences Officer mengatakan, kelahiran bayi gajah betina ini sangat penting karena gajah berkembang biak sangat lambat. "Ia akan berkontribusi pada pencapaian populasi yang lestari dalam perlindungan manusia. Ia juga akan memainkan peran utama sebagai duta untuk meningkatkan kesadaran akan nasib para kerabatnya di alam liar, yang terancam punah," terangnya.

Gajah Asia termasuk dalam daftar daftar merah IUCN bagi Satwa yang Terancam Punah (IUCN Red List of Threatened Species), lebih dari satwa sejenis yang lebih terkenal, gajah Afrika.

IUCN itu sendiri merupakan singkatan dari International Union for the Conservation of Nature atau Uni Internasional Bagi Pelestarian Alam.

Ancaman kepunahan gajah Asia, termasuk kehilangan habitat dan konflik manusia-gajah. Habitat asli gajah Asia seringkali ditanami pohon dan dibersihkan untuk pembangunan pertanian dan perkotaan.

Diperkirakan hanya sekitar 40.000 sampai 50.000 ekor Gajah Asia masih hidup di alam liar. Untuk mendukung pelestarian spesies satwa yang anggun ini, Wildlife Reserves Singapore (WRS) berperan aktif dalam komite penyelenggara ASEAN Captive Elephant Working Group (Kelompok Kerja ASEAN
untuk Gajah yang Ditangkap), dan berperan penting dalam pembentukan Asian Elephant Endotheliotropic Herpes Virus Taskforce.

Di samping itu, WRS membiayai proyek lapangan Management and Ecology of Malaysian Elephants (MEME) di Malaysia dan Elefant Asia di Laos.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI