Berburu Kuliner Kudus, Garang Asem sampai Sate Kerbau

Madinah Suara.Com
Jum'at, 01 Juli 2016 | 17:03 WIB
Berburu Kuliner Kudus, Garang Asem sampai Sate Kerbau
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Suara.com - Bagi Anda yang senang wisata kuliner, cobalah untuk mampir ke Kudus, saat liburan Lebaran 1437 H ini. Ada satu keunikan tersendiri dari kuliner di Kudus.

“Kuliner di Kudus itu khas, karena tidak pakai daging sapi. Biasanya diganti dengan daging kerbau atau kambing,” ungkap Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya, di Jakarta.

Konon, hal itu terkait dengan kisah akulturasi antara Islam di era Sunan Kudus dengan masyarakat asli yang masih beragama Hindu Budha, di masa Mataram. Sunan Kudus menggunakan cara yang pintar, yakni tidak memakan atau menyembelih sapi, karena sapi adalah binatang yang keramat bagi umat Hindu. Sapi adalah “titihan” atau binatang peliharaan dewa.

“Sunan Kudus sangat menghormati umat beragama lain dan mengajarkan sikap-sikap toleransi, sejak dari kuliner,” jelas Arief.

Kuliner Kudus juga tergolong khas, karena tidak semua tempat atau kota bisa dijumpai jenis-jenis masakan yang sama, seperti Lenthog Tanjung, atau Lentog, yang hanya dijual di Desa Tanjungkarang,

Berikut ini makanan khasnya Kudus, #PesonaKulinerKudus #PesonaLebaranKudus #PesonaIndonesia #WonderfulIndonesia.

1. Lenthog Tanjung
Lentog artinya lontong. Dahulu, penjualnya berasal dari Desa Tanjungkarang (Tanjung), sehingga dinamai Lentog Tanjung. Namun kini telah menyebar ke seluruh pelosok Kota Kudus. Ukuran lontongnya biasanya sebesar betis orang dewasa dan dinikmati sebagai menu untuk sarapan. Lontong yang dipotong kecil-kecil biasanya disajikan dengan sayur gori (nangka muda), dan lodeh tahu. Lentog Tanjung terdiri dari dua kata, “lentog” dan “tanjung”. Lentog atau yang biasanya disebut lontong adalah makanan yang yang terbuat dari beras yang dibungkus daun pisang , sedangkan tanjung (Tanjungkarang) adalah sebuah desa yang berada tepat di Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, tempat asal makanan ini.

2. Garang Asem Kudus
Jika Anda berkendara dari Semarang masuk ke Kota Kudus, sebelum pintu gerbang utama Kudus, Anda akan menemukan warung Garang Asem paling terkenal di Kota Keretek ini. Tepatnya berhadap-hadapan dengan Gedung Persaudaraan Haji. Garang asem adalah sejenis lauk yang dibungkus dengan daun pisang, lalu dimasak dengan cara dikukus (digarang). Ada garang asem yang terbuat dari ayam yang disuwir kecil-kecil dan ada juga yang dibuat dari jeroan ayam, ikan, dan tahu. Garang asem ini memiliki cita rasa asam pedas, karena menggunakan irisan tomat hijau dan potongan cabai.

3. Soto Kudus
Soto Kudus agak berbeda dengan soto dari kota-kota lain di Tanah Air. Khas. Soto Kudus adalah salah satu kuliner khas Kudus yang sudah terkenal. Ada dua jenis soto kudus, yaitu soto ayam dan soto kerbau. Pada awalnya, soto kudus dibuat dengan menggunakan daging kerbau, karena pada zaman dahulu Sunan Kudus melarang sapi disembelih demi menghormati pemeluk agama Hindu yang saat itu mendominasi masyarakat Kudus. Untuk isian selain daging, soto kudus lebih sederhana dibanding soto Nusantara lainnya. Isian soto kudus antara lain, irisan kol, tauge, seledri, dan taburan bawang goreng. Soto kudus memiliki cita rasa manis gurih yang khas. Mangkuknya lebih kecil dari Soto Bangkong, Semarang, Soto Mbok Giyem Boyolali, atau Soto Rumput Boyolali. Bahkan lebih mungil lagi dibandingkan dengan Soto Gading Solo. Bagi yang doyan makan, dua mangkuk itu rasanya masih belum cukup membuat perut kenyang.

4. Nasi Pindang
Kuliner khas Kudus yang satu ini berasal dari Desa Colo, di lereng Gunung Muria. Nasi pindang adalah kuliner berupa nasi dan olahan daging kerbau, yang disajikan dengan kuah pindang dan daun melinjo. Kuah pindang kerbau ini berwarna kecoklatan, karena dicampur dengan kluwak. Nasi pindang ini memiliki cita rasa kuah yang gurih manis. Nasi pindang ini biasa disajikan di atas pincuk atau piring beralas daun pisang. Sepintas, nasi pindang ini memang agak mirip dengan rawon Surabaya, yang kuahnya berwarna gelap.

5. Sate Kerbau
Sate kerbau lebih mudah ditemui di Kota Kudus, daripada daging sapi. Kuliner khas Kudus yang satu ini merupakan kuliner favorit masyarakat Kudus. Jangan buru-buru berpikir bahwa sate kerbau ini pasti liat dagingnya. Dalam pengolahan sate kerbau, daging kerbau dicincang terlebih dahulu, lalu dimemarkan dengan cara dipukul-pukul, lalu dibumbui dan dimasak. Setelah didiamkan selama beberapa jam baru ditusuk dan dibakar. Pembakarannya tidak terlalu lama, sehingga daging tidak menjadi keras. Sate kerbau ini disantap dengan bumbu yang terbuat dari campuran kacang tanah, serundeng, bawang merah, bawang putih, dan kentang yang dihaluskan.

6. Tahu Telur
Malam hari, silakan melintas di Jalan Sunan Kudus. Anda akan menemukan angkringan sepanjang jalan itu, baik di sayap kiri maupun kanan jalan. Jualannya hanya satu saja, tahu telur. Telur digoreng bersama potongan tahu, dibumbui dengan bumbu pecel plus bawang putih yang terasa asyik di mulut.

7. Ayam Gongso
Jangan salah paham. Gongso itu bukan berarti gosong, atau terlalu lama memasak dan dibakar api. Dalam bahasan Jawa, “gongso” artinya “tumisan”. Ayam Gongso ini merupakan tumisan ayam dengan bumbu kecap. Cita rasanya tentu saja manis, gurih, dan pedas. Penganan sederhana dengan rasa istimewa ini terasa lebih mantap saat disantap bersama nasi goreng.

8. Pecel Pakis
Pecel Pakis Colo adalah kuliner khas Kudus yang berasal dari Desa Colo. Pecel ini menggunakan bahan utama sayuran daun pakis dan bahan pelengkap, seperti tauge dan kacang panjang. Tumbuhan pakis memang banyak tumbuh di lereng-lereng Gunung Muria. Konon, pecel pakis di Colo ini bermula ketika seorang warga Colo menjadi juru masak di Keraton Solo. Keluarga Keraton sangat menggemari pecel pakis, sehingga juru masak ini pun harus pandai memasaknya. Setelah tidak menjadi juru masak keraton, ia kembali menetap di kampung halamannya. Anak sang juru masak inilah yang lalu membuka warung pecel pakis di wilayah wisata Colo.

9. Parijoto
Ini bukan makanan olahan, melainkan buah unik dari lereng Gunung Muria. Buah ini hanya tumbuh subur di lereng Gunung Muria saja, sehingga banyak wisatawan yang membelinya sebagai oleh-oleh khas Gunung Muria Kabupaten Kudus. Parijoto juga diabadikan sebagai motif batik Kudus. Konon buah ini dapat membuat anak dalam kandungan menjadi cantik dan tampan. Biasanya ibu hamil memakan buah ini pada usia kandungan menginjak lima bulan, namun ada juga yang memakannya saat usia kandungan baru dua atau tiga bulan. Karena rasanya yang asam dan agak getir, buah ini biasanya dijadikan sebagai rujak atau direbus dahulu sebelum dikonsumsi. Buah dengan nama latin Medinella speciosa L ini secara medis memiliki kandungan kimia saponin dan kardenolin pada daun dan buahnya, sedangkan pada buahnya mengandung flavonoid dan daunnya mengandung tanin, yang berkhasiat sebagai obat sariawan dan obat diare. Anda tertarik untuk memperbaiki keturunan? Silahkan coba buah Parijoto ini.

10. Lepet
Lepet berasal dari kata “lepat” atau “luput” dalam Bahasa Jawa, yang artinya kesalahan. Hidangan ini sering dibuat pada Lebaran ketupat atau hari ke tujuh Idul Fitri. Makanan ini terbuat dari beras ketan dan kelapa parut yang dibungkus dengan menggunakan daun kelapa, lalu direbus. Biasanya isi lepet ditambah dengan kacang tolo, namun sekarang sudah dikreasikan dengan ditambah nangka atau pisang sesuai selera. Uniknya ada cerita di balik makanan ini. Orang yang lebih muda mengirimkan lepet ini bersama ketupat ke rumah keluarga yang lebih tua, misalnya ibu. Makanan ini memang digunakan sebagai simbol permintaan maaf, sehingga disebut lepet.

REKOMENDASI

TERKINI