Menikmati warung soto terapung di Sungai Martapura, sambil memancing udang dan ikan sudah lama menjadi kebiasaan sebagian warga Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Kebiasaan ini lantas berkembang dengan menikmati makan aneka santapan kuliner khas Suku Banjar berupa laksa, katupat kandangan, putu mayang, lapat, lontong, puracit, kokoleh, pundut nasi, dan nasi kuning di pasar terapung kawasan Jalan Pierre Tendean.
Dan ini, kini menjadi salah satu daya tarik wisata di kota berjuluk seribu sungai ini.
Berbelanja sayuran berupa daun singkong, jantung pisang, kacang panjang, umbut kelapa, keladi, daun pakis, labu, karawila dan aneka sayuran lainnya merupakan kenikmatan tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke pasar terapung di kota dengan penduduk sekitar 800 ribu jiwa ini.
Dibantu siraman sinar lampu minyak tanah dan sedikit terkena sinaran lampu listrik jalanan, pembeli dan penjual bisa bertransaksi, walau kadangkala harus hati-hati lantaran perahu bisa oleng dihantam riak gelombang sungai yang berhulu ke kawasan Pegunungan Meratus tersebut.
"Ayo ke Banjarmasin, kota yang 'barasih wan nyaman' (Baiman/bersih dan nyaman, red)," kata Wali Kota Ibnu Sina saat menghadiri atraksi wisata susur sungai yang disebut Sahur On The River (SOTR) III atau Sahur Susur Sungai yang oleh Satuan Polisi Air (Sapol air) Polresta Banjarmasin, di lokasi Kubah Basirih, Sabtu (26/6/2016) dini hari.
Banjarmasin memiliki keunikan yang tak dipunyai oleh kota manapun di dunia, karena dialiri oleh sedikitnya 102 sungai, besar dan kecil. Dengan kondisi itu, Banjarmasin sangat berpotensi menjadikan sungai sebagai objek wisata.
Di kota-kota besar lainnya, sungai juga menjadi daya tarik tersendiri. Sebagai contoh, kota Bangkok yang menjajakan sungai sebagai objek wisatanya, Hongkong, Venesia Italia, Belanda dan kawasan lain lagi.
Oleh karena itu, Pemkot Banjarmasin bersama masyarakat bertekad menjadikan pariwisata sungai Kota Banjarmasin sebagai destinasi unggulan melalui berbagai budaya, atraksi, dan kegiatan yang nuansanya bisa menjadi destinasi wisata.
"Saya melihat atraksi SOTR III ini ada keunikan, sahur bersama dengan ratusan orang, di tepian sungai, di lokasi objek wisata keagamaan lagi," kata Ibnu Sina saat menghadiri SOTR III di kubah Basirih, Sabtu dini hari.
Melihat keunikan ini wajar jika ke depan cara-cara seperti itu lebih dibudayakan, bukan saja untuk meningkatkan tali silaturahmi, tetapi merupakan salah satu bentuk syiar agama.
Oleh karena itu, ke depan Pemkot Banjarmasin akan melibatkan diri dalam kegiatan semacam ini. Bahkan mungkin kegiatan ini akan dijadikan kalender kepariwisataan yang ditawarkan kepada wisatawan, khususnya wisatawan religi.
Ibnu Sina menambahkan, acara ini akan dipublikasikan luas kepada masyarakat setiap Ramadan, dan lokasinya pun bisa diperbanyak, bukan hanya satu lokasi tetapi di beberapa lokasi.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Banjarmasin Iwan Fitriady mengatakan kegiatan Sahur On The River itu luar biasa dan baru pertama kali dilakukan.
"Kami berterimakasih kepada Satpol Air sebagai penggagas pertama kali kegiatan ini walau sederhana tapi hasilnya luar biasa," tuturnya.
"Kita berharap atraksi-atraksi wisata semacam itu digali dan diciptakan untuk menambah kesemarakan lokasi yang kini terus dipromosikan sebagai wisata andalan kota Banjarmasin," kata Iwan Fitriady.
Pasar terapung adalah lokasi objek wisata andalan yang dikunjungi hampir lima ribuan orang setiap minggu, lokasi ini menarik lantaran kekhasan tersendiri di mana para pedagang mengenakan kostum tradisional dengan bertopi lebar (tanggui) berjualan di lokasi tersebut.
Sementara lokasi terakhir Kubah Basirih merupakan tempat ziarah umat Islam yang bukan saja dari Kalsel, tetapi dari Pulau Jawa, Sumatera, bahkan dari Malaysia. Di sini, dimakamkan ulama-ulama besar yang mengajarkan ilmu agama kepada warga Kota Banjarmasin. (Antara)