Suara.com - Frekuensi hubungan seks antara jantan dan betina bisa menyebabkan berubahnya bentuk organ seksual, demikian hasil penelitian sejumlah ilmuwan di Universitas Exeter, Inggris terhadap kumbang tanah.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Evolution edisi 20 Juni itu membeberkan bukti-bukti baru bahwa konflik akibat tingginya frekuensi hubungan seks bisa membuat penis semakin panjang dan memperbesar cakar yang tumbuh di sekitar alat kelamin betina. Perubahan itu terjadi dalam 10 generasi.
Perbandingan ukuran dan bentuk alat kelamin dibandingkan dengan ukuran tubuh pada binatang memang berbeda-beda. Salah satu alasan dari perbedaan ini adalah karena bentuk serta ukuran alat kelamin akan terus berubah karena adanya konflik seksual.
"Perubahan bentuk pada jantan, akan menyebabkan perubahan pada betina. Ini yang disebut sebagai koevolusi," jelas Megan Head ilmuwan yang memimpin penelitian itu.
Ia menjelaskan bahwa konflik seksual terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antara jantan dan betina. Bagi jantan, sering berhubungan seks bagus karena memperbesar peluangnya untuk memperbanyak keturunan. Sementara betina tak perlu sering-sering berhubungan seksual agar semua telurnya bisa dibuahi.
Lagi pula, terlalu banyak berhubungan seks merugikan betina. Alasannya semakin banyak anak, maka semakin kecil pula kemampuannya untuk membesarkan anak-anak tersebut.
Adapun dalam studinya Head memilih beberapa pasang kumbang tanah yang dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah yang sering berhubungan seksual dan kedua yang jarang. Mereka dipantau selama 10 generasi.
Hasilnya ditemukan bahwa memang ada perubahan bentuk alat kelamin, baik pada jantan maupun betina, akibat konflik seks yang dipicu oleh frekuensi hubungan seksual.
Penelitian itu juga menunjukkan bahwa perubahan pada salah satu pihak, akan menyebabkan perubahan pada pihak lain. Dengan kata lain ditemukan pula adanya koevolusi pada alat kelamin kumbang. (Phys.org)