Cerita di Balik Berbagai Penganan Tradisional Nusantara

Esti Utami Suara.Com
Kamis, 19 Mei 2016 | 17:31 WIB
Cerita di Balik Berbagai Penganan Tradisional Nusantara
Kue grendul dari Cilacap, merupakan salah satu kue yang 'direvitalisasi' dalam program 'Jajanan Manis dari Gulaku'. (suara.com/Gulaku)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kuliner merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat. Menilik jajanan tradisional, sama halnya dengan membaca kultur masyarakat dan ragam budayanya. Beragam jajanan tradisional biasanya terkait dengan upacara adat.

Perkembangan selanjutnya, jajanan ini dibuat tak hanya untuk kepentingan upacara tetapi menjadi bagian dari panganan sehari-hari. Bahannya juga diambil dari lingkungan sekitar seperti ubi kayu, tepung ubi kayu, gula merah, santan, pandan dan sebagainya.
                                                  
Seperti misalnya, kue grendul cilacap. Kue khas dari Cilacap, Jawa Tengah ini selain untuk pelipur dahaga juga mengandung unsur filosofi hidup orang Jawa. Pada jenang grendul, bahan-bahannya terdapat tepung gaplek, air santan kelapa dan gula tebu.

Bahan tepung gaplek (pati telo) kemudian dibuat brendul-brendul atau bulat-bulat yang selanjutnya disebut grendul. Apabila diaduk grendulnya berputar mengikuti arah adukan. Disinyalir hal tersebut memiliki makna untuk memutar roda kehidupan. Jadi jenang grendul ini menggambarkan makna kehidupan itu seperti cakra penggilingan  atau seperti roda yang berputar kadang di atas dan di bawah atau naik turun.

Dan, masih banyak kue tradisional lain yang menyimpan nilai-nilai tersendiri di lingkungan masyarakat seperti kue apem, serabi dan sebagainya.
 
Gulaku sebagai salah satu produsen gula nasional, melihat betapa pentingnya untuk melestarikan keragaman kuliner Indonesia yang kaya cerita dan cita rasa. Kesadaran itu diwujudkan melalui program ‘Jajanan Manis Bersama GuLaku’ dengan kegiatan gebrak pasar tradisional dan ke komunitas perempuan lainnya.
 
Program ini berlangsung selama bulan Mei hingga Agustus 2016 di sejumlah pasar tradisional Jabodetabek seperti Pasar Lenteng Agung, Pasar Ciracas, Pasar Embrio, dan Pasar Musi dan juga beberapa kelurahan disekitar pasar.

“Ini merupakan kepedulian Gulaku untuk ikut ambil bagian dalam melestarikan warisan kuliner asli Indonesia agar tidak pudar diterjang serbuan makanan internasional,” ujar Communication Officer Gulaku Fiter Cahyono, Kamis (19/5/2016), di Jakarta.

Makanan tradisional yang akan dipromosikan antara lain, kue mata kebo, amparan tatak, kue sikaporo, putri kandisi, kue awuk-awuk, kue lumpang, lapek bugis, dan lain-lain. Lewat program ini, Gulaku juga ingin mengajak ibu-ibu untuk kembali ke pasar tradisional,dalam bentuk demo masak jajanan khas tradisional, kompetisi memasak antar komunitas ibu-ibu, dan kampanye untuk membeli produk lokal berkualitas. Jadi jangan lewatkan pesta ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI