Suara.com - Gobak sodor, egrang, dakon, petak umpet, gasing dan sejenisnya mungkin pernah akrab bagi anak-anak di tahun 1980an. Namun seiring dengan perjalanan waktu, berbagai permainan anak-anak ini mulai terpinggirkan.
Dolanan tempo dulu yang sarat makna sportivitas dan gotong-royong ini satu demi satu tersingkir oleh boneka, robot dan kini gadget. Untuk membendung serbuan budaya asing ini, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang, bekerja sama dengan Malang Creative Fusion (MCF) menggelar Festival "Padang Bulan ing Malang Lawas" untuk melestarikan seni dan dolanan tempoe dulu.
"Menumbuhkan dan mengembangkan termasuk di dalamnya dolanan tempoe doeloe adalah jurus jitu agar masyarakat tidak tertarik dengan dunia luar yang kebarat-baratan, namun tetap berpijak pada modernisasi," kata Wakil Wali Kota Malang, Jawa Timur Sutiaji pada pembukaan Festival "Padang Bulan ing Malang Lawas" di Taman Krida Budaya Jatim (TKBJ) di Malang, Rabu (18/5/2016) malam.
Sutiaji menambahkan, modernisasi bisa diterima di lingkungan masyarakat tetapi jangan meniadakan nilai-nilai lokal. Oleh karena itu, festival yang digelar dua hari (18-19/5) ini patut mendapat dukungan, dengan harapan kemajuan teknologi dan informasi seiring arus globalisasi kian deras, tetap membuat budaya bangsa tetap terjaga.
Ia menambahkan banyaknya budaya Malangan, harus bisa digali dan dieksplor kembali, sehingga generasi muda tidak melupakan peninggalan nenek moyang. Apalagi, bagi anak-anak filosofi dolanan tempoe dulu sarat makna sportivitas dan gotong-royong. Ia berharap festival Padang Bulan ing Malang Lawas ini bisa menjadi acara tahunan.
"Saya berharap ke depan festival ini bisa lebih meriah dan ekspansi hingga luar daerah dan dunia internasional," ucapnya.
Acara festival dibuka dengan tarian dan drama kolosal yang mengisahkan bagaimana keceriaan anak-anak di masa lalu yang guyub dengan berbagai dolanan, seperti gobak sodor, egrang, dakon dan sejenisnya.
Sementara itu, Kepala Disbudpar Kota Malang Ida Ayu Made Wahyuni mengatakan ide awal diselenggarakannya festival tersebut, karena kepedulian Pemerintah Kota Malang terhadap budaya dolanan yang saat ini sudah memudar di kalangan anak-anak.
"Saat ini anak-anak kita jadi generasi gadget, mereka asyik dengan mainan mereka sendiri tanpa ada nilai sosial, sehingga kami merasa perlu menghadirkan dolanan ini agar tak sampai hilang dan generasi mendatang kehilangan dolanan yang sarat akan pesan sosial ini," katanya.
Ida optimistis festival ini bisa berkiprah di ajang nasional, bahkan internasional jika dikelola dengan baik dan serius dengan melibatkan seluruh stake holder dan komunitas seni yang ada.
"Kalau kita serius tahun depan bisa menjadi festival yang besar dan bertaraf internasional," paparnya. (Antara)
'Padang Bulan ing Malang Lawas' Upaya Merawat Dolanan Tempo Dulu
Esti Utami Suara.Com
Kamis, 19 Mei 2016 | 15:44 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Yuk, Ikuti Nikita Willy! Ini 4 Manfaat Mengajak Anak Jalan-Jalan ke Museum
24 Desember 2024 | 18:35 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI
Lifestyle | 21:00 WIB
Lifestyle | 20:58 WIB
Lifestyle | 20:38 WIB
Lifestyle | 20:32 WIB
Lifestyle | 20:17 WIB
Lifestyle | 20:05 WIB
Lifestyle | 19:54 WIB