Mereka Membangun Negeri Lewat Taman Bacaan

Sabtu, 30 April 2016 | 17:56 WIB
Mereka Membangun Negeri Lewat Taman Bacaan
Nila Tanzil, pendiri Taman Bacaan Pelangi bersama-sama anak-anak yang mulai gemar membaca. (Foto Dok. Taman Bacaan Pelangi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Banyak hal yang bisa dilakukan untuk membantu sesama. Tak harus dengan hal-hal yang besar, hal kecil pun bisa menjadi sangat bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan.

Inilah yang dilakukan oleh Taman Bacaan Pelangi, sebuah organisasi nonprofit bentukan Nila Tanzil, yang memiliki fokus untuk membangun berbagai perpustakaan anak-anak di daerah terpencil di Indonesia Timur.

"Awalnya aku bekerja di Flores, NTT, sebagai Communication Consultant. Di sana aku mulai sering diving dan liat banyak anak-anak di sana yang mau membaca tuh susah. Nggak ada bukunya, nggak bisa baca. Akhirnya memutuskan untuk ngehubungin teman-teman di Jakarta melalui sosial media dan mengirimkan buku ke sana," kisah Nila pada suara.com.

 Sejak saat itu, ia akhirnya memutuskan untuk membangun Taman Bacaan Pelangi yang dibentuknya sekitar enam tahun lalu. Buku-buku yang Nila kumpulkan awalnya hanya berkisar dari koleksi miliknya dan teman-teman dekatnya.

Tapi kini, buku-buku itu sudah sampai pada anak-anak di pelosok Indonesia Timur, dari tangan-tangan dermawan seluruh Indonesia, bahkan mancanegara.

Bukan tanpa alasan ia membentuk Taman Bacaan Pelangi yang kini sudah tersebar di 14 pulau di Indonesia Timur. Mulai dari Flores, Kepulauan Komodo, Lombok, Sumbawa, Alor, Timor, Sulawesi, Banda Neira, Halmahera Selatan, hingga Papua.

“Tujuannya adalah untuk menumbuhkan minat baca untuk anak-anak yang tinggal di desa terpencil, dan juga untuk menyediakan akses buku-buku bacaan berkualitas. Saat ini, kami sudah membangun 37 perpustakaan,” tutur perempuan bertubuh mungil ini.

Siapapun Bisa Jadi Relawan
Dalam menggerakkan Taman Bacaan Pelangi, Nila pun mengajak semua orang untuk ikut secara sukarela membantu anak-anak yang tinggal di desa terpencil tersebut, baik mereka yang ada di perkotaan hingga desa-desa terpencil untuk terjun langsung.

Mulai dari menjadi seorang relawan di Taman Bacaan Pelangi. Di mana mereka yang ingin menjadi relawan, bisa berangkat ke perpustakaan yang ada di desa-desa terpencil untuk berkegiatan dengan anak-anak.

 "Relawan bisa membawa talenta mereka masing-masing. Seperti seorang jurnalis, bercerita tentang profesinya, bisa menginspirasi anak-anak. Tapi sayangnya, semua biaya, transportasi dan penginapan ditanggung masing-masing. Bisa sumbangkan buku-bukunya juga kalau itu terlalu berat," ujar dia lagi.

Selain itu, Nila juga membentuk Travel Sparks, sebuah travel agent yang memiliki konsep jalan-jalan sambil berbagi, pertama di Indonesia. Di mana, para peserta Travel Sparks bisa melakukan perjalanan ke Indonesia Timur sambil mengunjungi perpustakaan Taman Bacaan Pelangi.

Dalam rangkaian perjalanan tersebut, traveler membawa beragam buku untuk mereka sumbangkan ke Taman Bacaan Pelangi. Tak hanya itu, profit dari Travel Sparks juga disalurkan untuk Taman Bacaan Pelangi.

Banyak Anak di Pelosok Sudah Bisa Membaca
Perpustakaan Taman Bacaan Pelangi, terbagi menjadi dua tempat, yakni di sekolah dan rumah penduduk. Untuk itu Taman Bacaan Pelangi pun turut melibatkan masyarakat setempat, untuk mengelola perpustakaan, mulai dari guru, kepala desa, kepala adat, nelayan, petani hingga traveler.

"Kalo yang di rumah penduduk itu masyarakat setempat yang mengelola, mereka juga kita berikan pelatihan. Konsepnya, semua buku-buku kita rotasi secara berkala supaya anak-anak dapat koleksi buku terbaru setiap bulan sekali,” ungkap Nila.

Meski saat ini sudah banyak yang membantu, ia mengaku Taman Bacaan Pelangi kerap menemukan tantangan besar, salah satunya adalah transportasi dan biaya. Di mana untuk mengirim buku-buku yang tidak sedikit ke daerah-daerah Timur Indonesia, biaya yang dikeluarkan cukup tinggi dan transportasi yang mahal.

 Meski begitu, tantangan ini bukanlah dijadikan satu hambatan untuk membantu sesama. Taman Bacaan Pelangi justru tidak mudah menyerah.

Sebaliknya, dengan melihat banyak anak yang sudah bisa membaca dan antusias mereka yang tinggi dalam membaca, ini menjadi semangat bagi mereka untuk membangun banyak perpustakaan baru.

“Semakin jauh lokasinya, justru anak-anak di situlah semakin membutuhkan buku-buku tersebut. Kalau kita baru buka, mereka senang sekali, matanya berbinar-binar. Ini yang bikin kita semangat untuk bangun perpustakaan baru terus," ujar dia.

Tertarik menjadi bagian dari Taman Bacaan Pelangi? Kamu bisa mengutarakan keinginan kamu melalui email ke [email protected].

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI