Begini Cara Kemenpar Gaet Wisatawan Arab ke Indonesia

Ririn Indriani Suara.Com
Kamis, 28 April 2016 | 08:25 WIB
Begini Cara Kemenpar Gaet Wisatawan Arab ke Indonesia
Tanah Lot, salah satu objek wisata di Bali yang banyak dikunjungi wisatawan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dan sejumlah kalangan industri pariwisata Tanah Air mengikuti bursa Arabian Travel Market di Dubai, Uni Emirat Arab, pada 25 hingga 28 April 2016.

Selama dua hari sejak pembukaan bursa internasional di sektor pariwisata itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya menghabiskan waktu bersama industri pariwisata di arena Arabian Travel Market (ATM) tersebut.

Dia melihat, mengamati dan merasakan detak pasar perpelancongan itu Timur Tengah. Pertanyaannya adalah ketika harga minyak dan gas dunia terjun bebas dan sulit normal kembali, bagaimana dengan gaya hidup orang di Jazirah Arab? Apakah masih "highest spending"? Apakah mereka mengubah haluan, mengencangkan ikat pinggang atau merevisi kebiasaan berliburan? Jawabannya: "Tidak".

Animo mereka masih tetap tinggi, antusiasme juga tidak surut. Kalau Dubai yang pendapatan migasnya hanya tiga persen, penurunan harga migas itu tidak banyak berdampak.

Kota Dubai didesain untuk jasa, jadi pusat (hub) dari berbagai penjuru dunia, lalu dibuat atraksi buatan manusia (man made) dan amenitas yang wah. Maka turisme jauh lebih besar dari minyak dan gas. Turisme bisa 18 persen, jasa keuangan 10 persen, dan konstruksi 13 persen.

Pasar Timur Tengah Masih Besar
Saat ini, Indonesia tengah berupaya mengejar perolehan Malaysia yang sukses mendatangkan 300 ribu wisatawan Timur Tengah atau Thailand yang mampu mendatangkan 800 ribu wisatawan Timur Tengah.

Pasar Timur Tengah masih besar, apalagi,pengeluaran mereka di atas rata-rata. Umumnya, durasi plesiran wisatawan Timur Tengah 8,5 hari dengan pengeluaran rata-rata per pengunjung 1.190 dolar AS.

Di Dubai, Kemenpar membidik wisatawan keluarga dari Timur Tengah yang bisa berlibur dua hingga tiga bulan selama musim panas, dengan mengajak seluruh anggota keluarga.

Partipasi Indonesia pada ajang "Arabian Travel Market" merupakan yang ke-14 kali dan untuk tahun ini Kemenpar menggandeng 52 industri pariwisata nasional dari perusahaan operator tur, restoran, dan hotel yang dilibatkan dalam pameran dagang wisata bertema "Perjalanan Keluarga" tersebut.

Semua diberi misi menjual produk destinasi pariwisata Indonesia secara terintegrasi kepada calon wisatawan Timur Tengah.Bagi Menpar Arief, pasar Arab cukup besar kenaikannya. Pada 2015 kenaikannya signifikan.

Thea dari Hotel Ciputra Jakarta dan Ismullah yang menjabat GM Sun Island Hotel Bali juga memperkuat kesan Menpar bahwa pasar wisatawan mancanegara asal berbagai negara di jazirah Arab sangat menjanjikan.

Diceritakan bahwa pada masa lalu kalangan industri perhotelan di Bali memandang sebelah mata pasar Arab dan India. Sekarang, terutama anak-anak mudanya, mereka sudah mirip gaya wisatanya dengan turis Australia, menikmati alam dan budaya Bali yang toleran.

Kalangan industri wisata itu mengaku "dagangan wisatanya" laku dibeli oleh peminat dari keikutsertaannya di Arabian Travel Market itu.

Selain dari negara-negara Arab, anjungan "Wonderful Indonesia" pada ajang bursa wisata itu juga diminati para pembeli dari India.

Dalam "table top" yang mempertemukan "buyers" dan "sellers" di anjungan "Wonderful Indonesia" berdesain kapal phinisi itu, pasar India yang paling agresif.

Strategi Pemasaran Mancanegara
Menteri Pariwisata Arief Yahya tampaknya semakin detail masuk ke strategi pemasaran mancanegara.

Ada tiga hal yang tengah menjadi fokus Kementerian Pariwisata. Pertama, penguatan akses melalui penerbangan langsung ke Indonesia, terutama di Kuala Namu, Jakarta, Bali, Manado dan Makassar.

Secara teknisnya, Kementerian Pariwisata terus menjalin kerja sama dengan maskapai penerbangan Emirates Airlines untuk pasar Timur Tengah, dengan Singapore Airlines untuk pasar India dan China.

Selain itu juga mencari kerja sama dalam penerbangan murah (low cost carrier) seperti Air Asia untuk pasar Asia, terutana China.

Fokus kedua, menggenjot pasar pariwisata perbatasan (border tourism), terutama di Batam, Bintan, dan Anambas (Kepulauan Riau). Harus ada kegiatan minimal sebulan dua kali di Kepri, yang bisa menggaet lebih banyak wisatawan mancanegara dari Singapura.

Bukan hanya warga negara Singapura yang menjadi sasaran pasar wisata untuk ke Indonesia, tetapi juga ekspatriat yang berjumlah sekitar 1,5 juta orang di Singapura, juga ada turis 15 juta setahun yang betkunjung ke negara itu.

Oleh karena itu implementasi bebas visa kunjungan terus dipromosikan di Singapura. Deregulasi bebas visa kunjungan untuk 169 negara merupakan terobosan yang sangat kuat untuk memudahkan wisatawan mancanegara berwisata ke Indonesia.

Fokus ketiga, soal pemasaran (marketing) pariwisata. Keikutsertaan dalam Arabian Travel Market ini dijadikan momentum istimewa untuk mempromosikan pariwisata halal, destinasi halal, alias "family friendly tourism".

Pada 2015 Lombok memperoleh penghargaan sebagai World Best Halal Destination dan World Best Honeymoon. Bahkan, Presiden Bank Pembangunan Islam atau "Islamic Development Bank" (IDB) Ahmad Mohamed Ali Al-Madani mendukung pengembangan wisata halal di Indonesia, khususnya Nusa Tenggara Barat.

"Industri pariwisata halal belakangan ini banyak mengalami perkembangan, khususnya di negara Muslim dan negara anggota IDB. Mengingat konsep pariwisata halal yang sedang dikembangkan NTB, IDB sangat mendukung kerja sama dengan Provinsi NTB," kata Ahmad Mohamed Ali Al-Madani saat acara roadshow mempromosikan sidang tahunan ke-41 IDB di kawasan wisata Senggigi, Lombok Barat, Selasa (26/4/2016).

Ini kesempatan untuk memperkenalkan pariwisata Indonesia secara lebih agresif untuk menjaring wisatawan mancanegara. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI