Suara.com - Ini kisah tentang Nenek Atjah yang telah berumur 85 tahun. Meski sudah berusia senja, nenek Atjah masih bekerja sebagai penjual jajanan seperti lontong dan gorengan. Nenek Atjah berdagang dari pukul 06.00 hingga dagangannya habis terjual.
Nenek Atjah tinggal di rumah kontrakan daerah Sukabumi bersama seorang putra dan tiga cucunya di rumah kontrakan berukuran 3 x 5 meter yang disewanya Rp1,5 juta setahun. Untuk mandi nenek Atjah masih harus membeli air pada tetangganya Rp500/ember untuk mandi, mencuci dan memasak.
"Putra beliau bekerja sebagai kuli sablon, tapi beliau tetap ingin berjualan karena ingin membantu putranya membiayai hidup keluarganya," ujar Yona, pendiri Komunitas Ketimbang Ngemis saat berbincang dengan suara.com beberapa waktu lalu.
Untung yang didapat nenek Atjah tidak banyak. Yakni 500 rupiah untuk dua buah lontong yang terjual. Beda halnya dengan pengemis yang sekali mengadahkan tangan akan mendapatkan 1000 rupiah.
Inilah salah satu cerita inspiratif yang didapat dari hasil penelusuran Komunitas Ketimbang Ngemis Jakarta (KNJ). Kisah-kisah seperti inilah yang digunakan untuk mengetuk hati mereka yang membacanya.
"Cerita yang kami unggah di Instagram adalah benar dan tidak dibuat-buat. Tujuannya adalah menimbulkan kepekaan sosial di masyarakat Jakarta, karena sesungguhnya sosok mulia tersebut amat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Kita juga diingatkan untuk selalu bersyukur dengan kehidupan kita dan diharapkan bisa tergerak untuk membantu mereka," imbuh perempuan berusia 20 tahun ini.
Menurut Yona, kisah nenek Atjah merupakan cerita paling berkesan selama Ia membangun dan mengurusi Komunitas Ketimbang Ngemis ini.
Yona mengakui, mengemis merupakan cara mudah mendapatkan uang. Hanya bermodal muka memelas, pakaian compang camping, atau menggendong bayi para pengemis menggedor rasa kasihan pengguna jalanan. Dengan car amudah ini, tak sedikit pengemis yang mampu mengumpulkan uang hingga puluhan juta sebulan.
Tapi iming-iming gelimang harta di balik profesi pengemis ini ternyata tak membuat terpikat sejumlah orang, bahkan mereka yang memiliki keterbatasan ekonomi.
Dengan tubuh yang sudah renta, atau keahlian yang terbatas, mereka tetap bekerja keras demi mengumpulkan rupiah untuk menghidupi diri dan keluarga. Kegigihan sekelompok orang inilah yang menginspirasi Yona dan kawan-kawan untuk melahirkan komunitas bernama 'Ketimbang Ngemis'.
"Melalui komunitas ini, kami ingin mengapresiasi orang-orang tua dan penyandang disabilitas yang masih mau berusaha dengan bekerja atau berdagang dan menghindari meminta-minta," ujar Yona Luverina, inisiator Komunitas Ketimbang Ngemis Jakarta.
Melalui akun Instagram @Ketimbang.Ngemis.Jakarta dan media sosial lainnya, Yona dan anggota komunitas yang memiliki singkatan KNJ ini aktif menggalang donasi untuk diberikan pada sosok inspiratif yang memilih mendapatkan uang dengan cara halal ketimbang mengemis.
Bukan dengan menyodorkan nomor rekening di akunnya, KNJ memilih menarik simpati para dermawan berhati mulia dengan menceritakan sosok target penerima donasi lengkap dengan foto yang menyentuh.
Untuk membantu para sosok inspiratif ini menurut Yona sangatlah mudah. Selain bercerita mengenai sekelumit kisah perjuangan hidup sosok inspiratif, admin juga akan menyertakan lokasi dimana para pengikut akun instagram KNJ bisa membantu secara langsung, minimal membeli dagangan mereka meski sedang tidak benar-benar membutuhkannya.
"Dengan membeli dagangan mereka, memakai jasa mereka, mengajak ngobrol saat membeli, maupun mengunggah foto mereka adalah cara menunjukkan kepedulian sosial masyarakat di tengah kesibukan dan hedonisme masyarakat Ibukota. Dan dukungan seperti itu sebenarnya yang sangat tepat diberikan kepada mereka yang telah memilih untuk tidak mengemis," tambah Yona.
Selain membagikan kisah-kisah sosok inspiratif, Yona mengatakan bahwa Komunitas Ketimbang Ngemis juga menerima pemberian donasi dari para dermawan. Donasi yang terkumpul selanjutnya akan disalurkan kepada target dan disampaikan hasilnya secara transparan di akun media sosial KNJ.
"Kami juga memiliki berbagai kegiatan internal komunitas seperti meet up atau gathering anggota, pemberian donasi, pengumpulan donasi melalui garage sale, serta perekrutan anggota baru dan volunteer secara berkala," tambahnya lagi.
Didirikan sejak 18 Juni 2015, Komunitas Ketimbang Ngemis Jakarta kini telah memiliki anggota sebanyak 51 orang. Latar belakang anggota pun bermacam-macam, mulai dari pelajar SMA, mahasiswa, pengusaha hingga karyawan.
"Untuk merekatkan visi dan misi antar anggota, setiap bulannya kami memiliki agenda ruting untuk kopdar yang kami istilahkan sebagai 'gathering' setiap minggu pertama," imbuhnya.
Jika Anda terketuk untuk membantu para pejuang ini, Anda bisa mengunjungi akun media sosial mereka di Instagram, Facebook, Twitter maupun Youtube untuk membantu para sosok inspiratif ini.
Terakhir Yona berpesan, "Katakan tidak pada mengemis, dan belilah walau Anda tak begitu membutuhkan (dagangan) mereka."