Tampil 'Chic' dengan Produk Tradisional Tanah Borneo

Selasa, 19 April 2016 | 07:21 WIB
Tampil 'Chic' dengan Produk Tradisional Tanah Borneo
Produk dari 'Borneo Chic'. (suara.com/Firsta Nodia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kalimantan terkenal sebagai daerah penghasil rotan terbesar di dunia, tak heran jika banyak warganya yang piawai menjalin rotan menjadi berbagai bentuk kerajinan yang unik.  Keahlian ini belakangan dilihat sebagai peluang bisnis yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan warga setempat.

Para pengrajin ini, oleh sejumlah LSM seperti Non-Timber Forest Product- Exchange Programme for South and Southeast Asia (NTFP-EP), Riak Bumi, Yayasan Dian Tama, Koperasi Jasa Menenun Mandiri, dan Yayasan Petak Danum, dikumpulkan untuk mengembangkan potensi mereka di bawah bendera Borneo Chic.

Business Manager Borneo Chic, Jusup Tarigan mengatakan, sejak didirikan pada 2010 lalu, tak kurang dari 400 pengrajin lokal di Kutai Barat, Sintang, dan berbagai daerah di Kalimantan tengah dirangkul untuk memproduksi anyaman, tenun, hingga madu yang melibatkan proses sakral dalam pembuatannya.

"Tujuannya adalah bagaimana kerajinan tradisional ini bisa diangkat dan memiliki pasar, sekaligus melestarikan budaya Dayak karena dalam memproduksi sebuah karya tenun atau anyaman, pengrajin melibatkan upacara adat yang sakral," ujar Jusup pada temu media 'Borneo Chic's 5th Anniversary' di Jakarta, Senin (18/4/2016).

Produk yang dihasilkan para pengrajin ini bervariasi mulai dari tas, keranjang, tikar, asesori, dan ragam fesyen. Harga yang dipatok untuk memiliki kerajinan khas Kalimantan ini  mulai dari Rp300 ribu hingga Rp3 juta.

Tarigan mengakui harga produknya agak mahal. Tingginya harga yang dibanderol untuk produk kerajinan ini, menurutnya, karena melewati proses produksi yang tidak sebentar. Ia mencontohkan, untuk membuat sehelai kain tenun dengan pewarna alami, pengrajin harus melewati 20 proses yang memakan waktu hingga berminggu-minggu lamanya.

"Produksi kerajinan ini kan bukan menjadi pekerjaan utama masyarakat setempat. Mereka bisa saja berprofesi sebagai petani atau ibu rumah tangga sehingga membuat kerajinan ini hanya pekerjaan sampingan," tambahnya.

Melalui Borneo Chic, lanjut Jusup, masyarakat tak hanya diajak untuk melestarikan kerajinan tradisional, namun juga meyakinkan mereka untuk selalu menjaga kelestarian hutan.

"Dengan menyadari bahwa hutan membawa hal positif bagi pendapatan mereka, maka mereka juga termotivasi untuk menjaganya," imbuhnya.

Dalam memasarkan produk mereka, Borneo Chic memiliki gerai sendiri di Jalan Bangka, Jakarta Selatan. Produk Borneo Chic juga bisa didapatkan di Alun-Alun Indonesia, Grand Indonesia Shopping Mall, dan beberapa gerai di Bali.

Dalam waktu dekat Borneo Chic juga melayani pembelian secara daring melalui website mereka di www.Borneochic.com.

"Mulai minggu ini kita sudah bisa memulai pembelian online, karena sekarang tren penjualan sudah merambah ke ranah e-commerce," pungkasnya.





BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI