Suara.com - Bagi sebagian orang, skuter merupakan kendaraan yang memiliki daya tarik tersendiri, meski dibuat pada tahun yang cukup lama sekalipun. Bahkan, tak jarang, skuter yang sudah tak lagi diproduksi di negara asalnya, menjadi benda buruan yang berharga.
Salah satunya adalah Lambretta, skuter buatan Ferdinado Innocentu asal Milan, Italia pada 1947. Skuter yang namanya diambil dari sungai kecil dekat pabrik Innocenti di Milan ini, juga sempat diproduksi di berbagai negara lain, seperti Brasil, Argentina, Kamboja, India, dan Spanyol.
Di Indonesia, skuter yang dijuluki sebagai “The Worlds Finest Scooter" ini, masuk pada 1960an, dengan jumlah dan model yang cukup beragam, yakni LD, J125, Starstream, Cento, LI, DL, SX dan TV.
Meski kini namanya sudah tak sepopuler dulu, Lambretta tetap memiliki pecinta setianya di Indonesia. Mereka menamakan diri sebagai Lambretta Club Indonesia (LCI). Sebuah komunitas penyuka Lambretta yang dibentuk pada 11 Juni 2011.
"Kita bukan Vespa Club, kita Lambretta. Biasanya banyak yang suka ketuker di situ. Meski awalnya kebanyakan dari kita punya Vespa cuma akhirnya kita mikir, kayanya kalau Lambretta seru juga nih. Akhirnya kita bikin sebuah club supaya lebih fokus," kisah Rachman, salah satu anggota LCI yang ditemui suara.com beberapa waktu lalu.
Lelaki yang akrab disapa Inoi ini 'kepincut' dengan Lambretta, karena secara teknologi, Lambretta boleh dibilang lebih maju dari Vespa. Ini karena, skuter Lambretta memiliki urutan frame, mesin, lalu cangkang.
Posisi mesin di bagian tengah ini, kata dia, juga lebih stabil dibandingkan skuter kompetitor, apalagi Lambretta juga sudah menggunakan rantai yang tentunya lebih modern.
Aktif di Dua Kota
Saat ini, club yang dipimpin oleh Pramono Prakoso ini aktif di dua kota, yakni Bandung dan Jakarta, dengan jumlah anggota aktif mencapai 48 orang. Seperti club skuter lain, agenda wajib dari LCI tentu adalah touring.
Touring, kata Inoi terbagi menjadi touring besar dan touring kecil. Biasanya, touring besar diadakan satu tahun sekali dengan jarak tenpuh yang terbilang jauh, seperti Yogyakarta dan Bali, yang akan mereka adakan pada Agustus 2016.
Sementara untuk touring kecil, kegiatan ini dilakukan cukup sering, setidaknya satu bulan sekali. Biasanya mereka pergi ke Puncak atau Bandung, Jawa Barat, untuk kopi darat dengan sesama anggota LCI.
Tak hanya itu, LCI juga kerap melakukan kopi darat, yang dilakukan sebulan dua kali. Biasanya mereka mendiskusikan berbagai hal seperti tentang mesin, aksesoris, spareparts Lambretta.
Jika sudah tak lagi diproduksi, lantas dari mana LCI bisa mendapatkan skuter Lambretta? Menurut Inoi, biasanya anggota LCI memesannya dari internet atau bengkel khusus Lambretta yang pemiliknya juga adalah salah satu anggota LCI.
"Kita dapet dari bengkel Lambretta atau internet. Sekarang juga ada salah satu bengkel yang bisa bantuin masukin Lambretta dari Thailand. Biasanya kita beli framenya. Pokoknya kita usaha gimana pun caranya untuk meramaikan. Karna kalau nggak gitu, kita sebagai komunitas, jumlahnya nggak akan nambah," jelas Inoi.
Lebih lanjut ia menambahkan, rata-rata para anggota LCI 'membangun' Lambretta selama 2-3 tahun. Untuk masalah harga, sebenarnya cukup relatif. Karena sudah tak lagi diproduksi, harga memang menjadi sedikit lebih tinggi.
"Kalau kita sih setelah dapat frame, coba pasang mesin baru, kalau sudah nemu yang bagus dan enak, baru benerin body. Jangan sampai pengen buru-buru kelar, terus begitu jalan atau touring, malah mogok," kata dia.
Tertarik bergabung dengan LCI? Kamu pastinya harus memiliki skuter Lambretta dan aktif dalam setiap acara LCI. Dan yang terpenting, harus memiliki minat dan benar-benar cinta dengan Lambretta.
"Jangan sampai sudah gabung, ada yang nawar Lambrettanya dengan harga tinggi, eh dia jual aja. Kita juga cari anggota yang baik attitude-nya, supaya nggak banyak gesekan dengan club lain," tutup dia.