Menurut dia, kepekaan orang Indonesia, khusus makanan, relatif sangat tinggi. Kalau mereka datang ke suatu restoran dan rasa kurang autentik (asli), tidak datang lagi.
"Kami di sini tetap menjaga keaslian rasa makanan itu," ujarnya yang mengelola Saigon yang memiliki empat juru masak.
Selain menjaga keaslian rasa, pihaknya juga mengunakan tanaman herbal dan organik untuk menjamin kualitas makanan.
"Benar kami mengharuskan semua masakan autentik Vietnam," katanya.
Selain generasi muda, kata dia, banyak juga orang yang lanjut umur sekitar di atas 50-an tahun yang menikmati makanan di Saigon Cafe karena sarat akan sayuran yang kaya serat dan bagus untuk memperlancar pencernaan.
Festival itu menyajikan beragam makanan mulai dari salad, makanan utama berbahan daging, seperti daging ayam, sapi, dan makanan laut. Misalnya, Pho Bo merupakan makanan semacam bakmi dengan mi yang terbuat dari tepung beras. Makanan Pho ini berisikan mi, irisan daging, toge segar, dan dedaunan herbal, seperti daun kemangi, selada dengan kuah berkaldu tanpa penyedap rasa, yang dapat ditaburi irisan cabe jika ingin memberikan rasa pedas.
Goi Cuon semacam lumpia yang berisi bihun, udang atau daging, daun mint, dan sayuran, kemudian dibungkus dengan kulit transparan yang terbuat dari tepung beras. Makanan dimakan dengan saus ikan cair yang gurih.
Selanjutnya, Banh Mi berbentuk seperti roti isi daging dengan paduan keju, daging, sayuran, dan saus cabai.
Untuk minuman, ada kopi khas Vietnam dengan campuran putih telur yang membuat tekstur lembut. Minuman jeruk Kumpquat dengan rasa manis, asam dan sedikit pahit sehingga memberikan kesegaran ketika meneguknya.
Festival itu berlangsung di Saigon Kafe di Jalan Rasuna Said Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (9/4) pukul 11.00 s.d. 15.00 WIB.