Pemukulan padengko, sejenis kentongan yang terbuat dari bambu dan tarian oleh sekitar 150 penari, menandai pembukaan Festival Kawaninya menyambut gerhana matahari total di Poso, Sulawesi Tengah, Selasa (8/3/2016).
Selain Bupati Posom Darmin Sigilipu, acara yang dipusatkan di Desa Kalora, Kecamatan Poso Pesisir Utara ini juga dihadiri seribuan warga dan puluhan wisatawan mancanegara.
Suasana meriah di lokasi festival diiringi tepuk tangan hadirin saat padengko dan alat bunyi-bunyikan tradisional tersebut ditabuh tanpa henti selama sekitar tiga menit. Usai memukul padengko, gong, gendang dan alat bunyi-bunyian tradisional lainnya, ratusan penari memainkan tari 'wangi ri eo' yang artinya gelap di siang hari.
Tari ini menggambarkan pujian dan pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kemahakuasaan-Nya dalam menciptakan alam semesta, khususnya benda-benda di langit.
Diiringi tabuhan gong dan gendang, para penari membentuk lingkaran besar dalam beberapa lapis di tengah lapangan sepakbola dan meliuk-liuk penuh sukacita diiringi pemukulan padengko, lalu sesekali suasana terasa hening sejenak saat penari memanjatkan doa dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Darmin Sigilipu mengatakan festival Kawaninya merupakan yang pertama dan terakhir. Pasalnya, gerhana matahari total seperti ini merupakan yang pertama kali terjadi di Kota Poso, dan kemungkinan tidak akan pernah terjadi lagi.
Karena itu, kata Darmin yang belum sebulan menjabat bupati itu, pihaknya memanfaatkan secara maksimal momentum ini untuk mengenalkan potensi wisata, kekayaan alam dan seni budaya tradisional kepada seluruh dunia, karena iven ini mendapat perhatian besar di dunia internasional.
"Saya berharap peristiwa hari ini akan menjadikan Poso lebih terkenal di tingkat nasional dan dunia sebagai daerah wisata yang menarik, bukan daerah konflik, sehingga ke depan, kunjungan wisatawan akan mengalir lebih besar lagi," ujar purnawirawan Korps Marinir itu.
Menyinggung soal keamanan, Darmin menegaskan Poso aman. Kesan tak aman karena berita-berita yang muncul di media hanyalah kasus-kasus terorisme dan penembakan.
Kadis Pariwisata Poso Putra Botilangi mengatakan, untuk menggelar festival Kawaninya dan pengamatan GMT, pihaknya menggandeng Lembaga Penelitian Astronomi dan Observatorium Bosccha ITB Bandung dan kelompok fotografer Rumah Kelima dari Bali.
Bosccha ITB, katanya, akan menggelar malam pesta bintang bersama warga Poso di Desa Kalora, melakukan penyuluhan dan sosialisasi astronomi dan pelatihan membuat roket air kepada masyarakat.
Di sela upacara tersebut, guru besar astronomi ITB Bandung Prof Dr Taufiq Hidayat memberikan ceramah singkat mengenai gerhana matahari total serta fenomena alam yang terkait dengan pergerakan benda-benda di langit. (Antara)