Suara.com - Kini bukan zamannya lagi anak muda berpangku tangan atau menunggu bimbingan untuk sebuah perubahan. Sebagai generasi penerus mereka pun juga ingin membawa perubahan yang lebih baik bagi tanah airnya, Indonesia.
Karena alasan itulah maka terbentuklah komunitas Turun Tangan. Komunitas ini digagas oleh Anies Baswedan sebelum dia didapuk menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Anies yang saat itu juga mengelola gerakan Indonesia Mengajar, ingin agar komunitas Turun Tangan menjadi sebuah gerakan kerelawanan yang mengajak masyarakat untuk peduli dengan permasalahan di sekitarnya.
Lewat komunitas ini kaum muda juga diajak untuk bergerak aktif memotori perubahan bagi lingkungan sekitarnya.
"Teman-teman relawan diajak untuk melihat masalah di sekitar mereka dan ambil bagian. Jadi kami mengajak pemuda, jangan cuma mengecam kegelapan tapi juga harus menyalakan lilin harapan. Caranya dengan melakukan hal sekecil apapun untuk Indonesia," ujar Herry Dharmawan, koordinator Komunitas Turun Tangan saat berbincang dengan suara.com beberapa waktu lalu.
Komunitas ini, lanjut Herry, berperan sebagai platform yang menghubungkan para inisiator perubahan dengan para relawan di seluruh penjuru tanah air. Tak heran, dengan lingkup kerja yang begitu luas meski baru berusia dua tahun, komunitas ini telah menggandeng 50 ribu pemuda yang tergerak untuk menjadi relawan.
Dan di setiap aksi yang diadakan, ratusan bahkan ribuan relawan akan turun bersama.
"Anggota kita sudah mencapai 50 ribu di seluruh Indonesia. Hampir di setiap kabupaten dan kota ada. Dan siapapun bisa menjadi inisiator perubahan bagi daerahnya," imbuh Herry.
Menurutnya, sumbangan untuk perubahan itu bisa berujud apa saja. Herry mencontohkan, seorang pemuda di Yogyakarta yang memiliki keahlian dalam membuat bentuk-bentuk unik dari origami. Ia berpikir, kemampuannya akan lebih bermanfaat jika ditularkan ke pengajar PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan TK (Taman Kanak-Kanak).
Akhirnya ia menjadi 'guru relawan' sehingga dapat membuat kegiatan belajar mengajar berlangsung lebih dinamis dan menarik.
"Ide itu dia daftarkan ke Komunitas Turun Tangan dan kami akan memfasilitasi relawan-relawan di Yogyakarta untuk melakukan aksi mulia tersebut. Jadi idenya tidak selalu harus besar tapi yang penting berdampak luas," lanjut Herry.
Tak hanya menghubungkan dengan puluhan bahkan ratusan relawan di suatu daerah, Turun Tangan juga memfasilitasi para relawan dan inisiator dengan 'capacity building'. Mereka kerap
mengadakan pertemuan secara rutin untuk membagi informasi dan membahas isu-isu yang terjadi di sekeliling mereka.
Tak hanya bertumpu pada gerakan-gerakan sosial, komunitas Turun Tangan juga melibatkan aspek politik. Menurut Herry, ini untuk memberi dampak yang lebih besar. Karena sebuah aksi kecil akan lebih besar dampaknya jika juga mempertimbangkan aspek politik.
"Karena kalau gerakan sosial saja maka dampaknya hanya ke satu titik. Tapi kalau ditarik ke ranah kebijakan dampaknya akan meluas. Jadi kita dorong teman-teman relawan untuk juga peduli dengan politik," ia menambahkan.
Beragam aksi yang dilakukan komunitas Turun Tangan di ranah politik antara lain Kawal Pilkada, hingga dukungan terhadap KPK dalam gerakan #IndonesiaUntukKPK. Herry berharap pemuda
di Indonesia bisa tergerak untuk membangun Indonesia meski dengan hal sekecil apapun.
"Harapannya bisa mengajak semua orang untuk ambil bagian, turun tangan. Kalau semua pemuda Indonesia mau terlibat tentu dampaknya akan sangat besar," pungkasnya.
Bagi Anda, pemuda yang tergerak untuk ambil bagian membangun Indonesia, yuk gabung bersama komunitas Turun Tangan. Simak kegiatan mereka di akun Twitter maupun Facebook@TurunTangan.