Hutan Top Selfie Pinusan di Magelang Memang "Wow"

Tomi Tresnady Suara.Com
Selasa, 01 Maret 2016 | 08:38 WIB
Hutan Top Selfie Pinusan di Magelang Memang "Wow"
Matahari terbit di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (21/2/2015).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Masyarakat kawasan barat puncak Gunung Merbabu, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, menamai hutan rindang dengan pepohonan pinus di dusunnya itu dengan sebutan cukup keren, "Top Selfie Pinusan".

Pemberian nama seperti itu oleh pemuda Dusun Kragilan dan Kekokan, Desa Pogalan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang atas kawasan hutan setempat, kelihatannya tidak lepas dari pemahaman mereka atas tren perilaku berswafoto khalayak akhir-akhir ini dengan latar belakang tempat-tempat yang dinggap istimewa.

Awalnya, sekitar setahun lalu, pemuda setempat yang sekarang menjadi Ketua Pengelola "Top Selfie Pinusan", Subiyanto (21), mengunggah ke media sosial hasil pemotretannya menggunakan telepon seluler atas hutan pinus itu.

Orang-orang dari berbagai tempat yang bertautan dengan pemuda tersebut, menyatakan kagum dan kemudian informasi tentang hutan pinus di bawah pengelolaan Balai Taman Nasional Gunung Merbabu itu pun "terjual", pengabarannya semakin merebak hingga membuat banyak orang datang untuk swafoto.

Selama setahun terakhir hutan pinus itu kondang, bahkan wisatawan mancanegara dengan pemandunya berkunjung. Mereka juga mengungkapkan terpana atas lokasi alami berhawa sejuk dengan tebaran ratusan pepohonan pinus yang seakan dibelah jalan cor semen hasil Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan pada 2014.

Oleh wisatawan yang berkunjung ke "Top Selfie Pinusan", jalan cor semen sepanjang sekitar 150 meter yang membelah hutan pinus Dusun Kragilan, dijadikan titik termegah untuk swafoto. Lokasi itu disebut Subiyanto berjarak sekitar 10 kilometer dari barat puncak Gunung Merbabu (3.145 meter dari permukaan air laut).

"Wow!" begitu komentar seorang guru sekolah internasional di Bekasi, Maria Anna Jesu Mei Pyaningrum, melalui gawai tatkala mendapat kiriman swafoto sahabatnya dari hutan pinus kawasan Gunung Merbabu itu.

Ia kemudian menyatakan keinginannya sewaktu-waktu melepas penasaran atas foto tersebut untuk mengunjungi "Top Selfie Pinusan". Tempat itu kini dikelola organisasi pemuda setempat dengan 48 anggota dipimpin Subiyanto. Organisasi mereka dibuat sejak Maret 2015, ketika tren peningkatan kunjungan wisatawan ke objek tersebut kian signifikan.

Sejauh mata memandang, hutan pinus itu terlihat mengagumkan. Ketika memandang ke atas pun, maka terlihat dedaunan hijau pepohonan seakan ditembus pemandangan langit biru yang terkadang dilewati arak-arakan awan hendak menuju puncak Merbabu. Udara sejuk dengan keramahan warga desa, sebagai kepastian berwisata di tempat itu.

Sesekali terdengar suara burung berkicau sambil bertengger di ranting pinus dan tampak pula kelebatan bebas mereka di hutan setempat, sedangkan aktivitas harian warga mencari rumput untuk ternak dan kayu bakar guna memasak, serta bercocok tanam aneka sayuran, terkesan memperkuat suasana pakansi "Top Selfie Pinusan".

"Umumnya memang banyak yang menyatakan kagum terhadap hutan ini, baik yang baru saja melihat foto 'selfie' maupun yang datang ke sini," kata Subiyanto ketika siang itu bersama sejumlah pemuda menjalani jadwal tugas berjaga parkir di pintu masuk "Top Selfie Pinusan".

"Top Selfie Pinusan" di kawasan Gunung Merbabu terletak di jalur lalu lintas antara Kaponan Kecamatan Pakis menuju objek wisata Bukit Ketep Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang.

Melalui PNPM Mandiri Pedesaan pada 2014, jalan dari Dusun Kekokan hingga Kragilan dengan total panjang 545 meter dan lebar 2,5 meter, diperkeras menggunakan cor semen. Jalan sepanjang sekitar 150 meter di antaranya atau yang membelah hutan pinus, sebagai titik terbaik wisatawan berswafoto.

Di pintu masuk hutan kawasan wisata baru yang dikelola secara mandiri oleh warga setempat itu, telah dibangun gapura dengan tulisan dari bahan stainless, "Welcome Top Selfie".

Beberapa meter dari gapura, mereka mendirikan gubuk kecil dari papan bambu, tempat petugas menarik biaya parkir kendaraan bermotor pengunjung. Wisatawan bersepeda motor dikenai tarif Rp3.000 dan mobil Rp10.000 per unit.

"Hanya parkir motor dan mobil saja, kalau pengunjung sampai sekarang tidak ditarik biaya masuk," ujar Subiyanto yang lulusan SMP Negeri 3 Pakis pada 1994 itu.

Hingga saat ini, pihaknya tidak menghitung secara detail jumlah wisatawan "Top Selfie Pinusan", baik turis domestik maupun mancanegara. Mereka hanya menghitung jumlah kendaraan, terutama sepeda motor yang parkir di tempat yang telah disediakan secara khusus.

Pada hari biasa, jumlah sepeda motor sekitar 200-300 unit per hari, pada Sabtu dan Minggu sekitar 700 unit. Saat musim liburan Lebaran tahun lalu mencapai 2.000 unit, sedangkan catatan terbanyak mereka saat masa libur Tahun Baru 2016 yang sekitar 2.500 unit. Pendapatan mereka dari parkir kendaraan itu, dibagi merata untuk kas dua dusun, kas desa, dan biaya perawatan "Top Selfie Pinusan" yang total luasnya sekitar lima hektare.

Mereka juga menyediakan 20 lincak atau bangku panjang sebagai tempat wisatawan duduk dan bercengkerama sambil menikmati suasana alami hutan pinus, enam mainan berupa ayunan, dua rumah panggung, dan beberapa bilik mandi, cuci, serta kakus.

Sebanyak 13 warga Kragilan memanfaatkan peluang kepariwisataan setempat dengan membuka warung-warung dari bambu yang menyediakan minuman hangat seperti kopi, teh, dan susu, menu makan seperti nasi goreng, ayam penyet, ayam goreng, dan mi, serta camilan seperti gorengan tahu, tempe, dan pisang.

"Kalau Sabtu dan Minggu lebih ramai, lebih banyak yang datang. Kami 'kelarisan' (Dagangan laku keras, red.)," kata Ngatirah, salah satu pemilik warung, dengan berbahasa jawa.

Selama ini, wisatawan yang berkunjung ke "Top Selfie Pinusan" berasal dari berbagai kota, antara lain Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Solo, Yogyakarta, Klaten, Salatiga, Boyolali, Kota Magelang, Kudus, Jepara, dan Kendal. Wisman yang telah melawat ke tempat itu, berasal dari beberapa negara di Eropa.

"Bahkan sekarang menjadi pilihan untuk foto 'pre-wedding' (Sebelum hari pernikahan, red.). Rata-rata dalam seminggu ada tiga pasangan 'pre-wedding' di sini. Untuk mereka juga belum kami tarik biaya khusus. Masih tetap tarif parkir kendaraannya," ucapnya.

Pihak Pemerintah Kabupaten Magelang dan seorang anggota DPR RI, katanya, juga pernah datang untuk melihat langsung lokasi tersebut. Bahkan, dengan mengendarai mobil pribadi, Bupati Magelang Zaenal Arifin yang kampung halamannya di salah satu desa di Kecamatan Pakis, terkesan secara diam-diam juga berkunjung ke "Top Selfie Pinusan".

"Waktu itu, Pak Bupati 'nyetir' mobil sendiri. Dua kali ke sini. Tetap kami minta uang parkir. Kami tidak tahu kalau beliau Pak Bupati," katanya.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemkab Magelang Edy Susanto menyambut positif inisiatif warga menjadikan kawasan hutan tersebut sebagai tempat wisata yang dikelola secara mandiri dengan tetap mempertahankan ekosistem dan kelestarian lingkungan alam.

Masyarakat mencurahkan energi kreatifnya untuk mengelola seoptimal mungkin tempat itu agar pemanfaatan kepariwisataannya semakin berkembang dan pengunjung bertambah banyak.

"Biasanya malah seperti itu lebih berkembang, karena masyarakat menjadi 'pemain' dan merasa ikut memiliki secara kuat," ujarnya.

Pihak pengelola mengatur warga bergiliran jaga parkir kendaraan pengunjung. "Top Selfie Pinusan" dibuka setiap hari, pukul 06.00-18.00 WIB. Malam hari, warga melarang wisatawan menginap atau berkemah di lokasi yang tak jauh dari Sungai Tumpang dan sumber air Kragilan yang memasok air bersih untuk rumah tangga dan pertanian sayuran warga di 13 dusun di bagian yang lebih rendah daripada Kragilan.

Mereka yang berkunjung ke tempat itu, umumnya para remaja, rombongan keluarga, dan pelajar setelah pulang sekolah. Pihaknya melarang pelajar datang ke tempat itu, ketika masih jam-jam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Setiap satu jam sekali, petugas dilengkapi radio komunikasi berpatroli di kawasan "Top Selfie Pinusan" untuk mencegah tempat itu digunakan pasangan muda-mudi melakukan perbuatan maksiat.

"Jangan sampai hutan wisata kami ini cemar namanya," kata Penasihat Pengelola "Top Selfie Pinusan" yang juga warga setempat, dan anggota Satuan Perlindungan Masyarakat Desa Pogalan Windu Nugroho.

Setiap Jumat Wage dan Selasa Kliwon, warga menggelar tradisi doa untuk keselamatan dan kenyamanan siapa saja yang berkunjung ke "Top Selfie Pinusan", sedangkan setiap Senin, dua petugas diturunkan secara khusus untuk memunguti sampah dari lokasi tersebut. Sampah yang terkumpul kemudian dibakar.

Suasana hutan "Top Selfie Pinusan" yang tetap terjaga asri, nyaman, sejuk, tenang, dan bersih, setidaknya juga diakui oleh Reni Indarwati dan Neta Kusumaningrum, dua pemudi dari Kota Solo yang berkunjung siang itu.

"Wah memang bagus tempatnya," kata Neta saat bersama sahabatnya itu selesai berswafoto kemudian menikmati teh hangat dan camilan di warung milik Ngatirah.

Kalau "Top Selfie Pinusan" dibilang "wow!", memang demikian pasnya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI