Di Pulau Tabuhan, Kita Bisa Bercanda Dengan Hiu

Esti Utami Suara.Com
Senin, 29 Februari 2016 | 11:58 WIB
Di Pulau Tabuhan, Kita Bisa Bercanda Dengan Hiu
Ilustrasi wisata bahari di Banyuwangi. (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Lepaskan saja ke mana mata hendak memandang, yang tersaji adalah keindahan. Itulah wisata bahari Bangsring, yang selalu menyuguhkan perpaduan sempurna. Khususnya Pulau Tabuhan yang selama ini menjadi tujuan para peselancar angin internasional.

Di sisi barat, deretan gunung, termasuk Ijen yang kesohor di dunia karena fenomena api birunya. Ke timur, disambut hijaunya pepohonan Pulau Bali yang seperti menyembul begitu saja dari dalam laut. Ke selatan, tersaji aktivitas kapal-kapal kargo, perahu-perahu dan feri yang mengantar penumpang dari Banyuwangi ke Gilimanuk, Bali, atau sebaliknya.

Ke utara, lekukan puncak Gunung Baluran di kawasan Taman Nasional Baluran yang menjadi penegas batas cakrawala. Ke atas, langit biru yang bersaput awan putih menjadi momen yang sayang dilewatkan. Ke bawah, biru air laut yang tenang bersahabat, sesekali diselingi karang-karang indah.

Perjalanan dari Pantai Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, kala itu hanya "terganggu" oleh hempasan air laut yang sedikit berombak membasahi pakaian. Tapi ini bukan masalah besar, karena kami sudah membungkus barang bawaan, khususnya perangkat elektronik, dalam plastik rapat.

Mendekati Pulau Tabuhan yang tidak berpenghuni itu, semua tercengang menyaksikan gradasi air laut dari biru, hijau toska yang lembut, disusul warna sangat jernih dan berakhir di pantai dengan hamparan pasir putih.

Pulau Tabuhan, salah satu primadona sekaligus masa depan wisata bahari  di Banyuwangi. Terik matahari setengah siang itu menjadi tidak terasa ketika kaki menginjak pasir putih halus di
sekeliling Tabuhan. Bahkan, anggota rombongan seperti bingung harus "meletakkan" pandangan di bagian mana. Pulau Tabuhan kah? Atau menoleh ke belakang tempat perahu ditambatkan? Di arah belakang gradasi air laut masih menyisakan "magnet" bagi mata untuk dipandang.

Selain hamparan pasir putih, warna-warni parasut peserta selancar layang atau kiteboarding meliuk-liuk mengelilingi pulau seluas 5 haktare itu menjadi pemandangan lain. Sesekali peselancar profesional dunia itu melakukan gerakan melompat ke udara.

Bukan hanya wisatawan dalam negeri, Jeroen van  Der Kooij, salah satu penggagas selancar layang asal Belanda, juga memuji Pulau Tabuhan yang sangat bagus, khususnya lokasi kegiatan
"kiteboarding" yang mengandalkan kekuatan angin.

"Menurut saya, di Indonesia yang paling bagus adalah Pulau Tabuhan ini, khususnya kategori 'freestyle' karena relatif tidak ada ombak," katanya.

Angin di Tabuhan sangat ideal karena dengan kebutuhan minimal kecepatan angin 10 knot, di Tabuhan ini justru bisa mencapai 20 knot. Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas menambahkan bahwa Pulau Tabuhan yang kecil memiliki kelebihan.

"Karena pantainya kecil, membersihkannya sangat mudah. Kalau pulau ini ditata dengan baik, akan menjadi tujuan wisata yang diminati banyak orang," katanya.

Sebagai tujuan baru, Pulau Tabuhan masih memiliki sejumlah catatan yang harus diperbaiki agar pengunjung lebih nyaman. Salah satunya, pulau itu perlu ditanami pohon perindang atau bisa dengan peneduh buatan semacam gazebo. Selain itu, terumbu karang yang seharusnya menjadi pendukung utama keindahan pulau itu kini sudah rusak akibat dari pengeboman ikan oleh para nelayan pada masa lalu.

Menurut Jeroen van Der Kooij, Pulau Tabuhan perlu perbaikan ekosistem bawah airnya, khususnya terumbu karang.

"Kita lihat airnya jernih sekali, tetapi di dalam ada masalah. Terumbu karangnya mati," katanya.

Pemilik penginapan di Brangsring itu mengungkapkan kesiapannya membantu Pemkab Banyuwangi mengembangkan konsep pariwisata yang ramah lingkungan. Menurut dia, kalau terumbu karang pulau itu bagus, akan menjadi tujuan wisata snorkeling dan akan diminati wisatawan asing.

Meskipun demikian, wisatawan bisa mengobati kerinduan akan keindahan terumbu karang di dekat Pulau Tabuhan, yakni rumah apung dan pemandangan bawah laut di Bangsring. Lokasi ini biasanya menjadi satu paket dengan Tabuhan, termasuk ke Pulau Menjangan di Pulau Bali.

Dari Pantai Bangsring ke Tabuhan, butuh waktu sekitar 20 menit dengan perahu, ke rumah apung dan titik penyelaman atau sekadar snorkeling hanya butuh waktu tidak sampai 7 menit. Di lokasi minimal 3 meter dari bibir pantai, wisawatan sudah bisa menikmati warna-warni terumbu karang dan hilir mudik berbagai jenis ikan, khususnya ikan hias.

Rumah apung yang di dalamnya ada tempat rehabilitasi hiu itu, hanya terletak sekitar 10 meter dari bibir pantai. Hiu yang identik dengan ikan ganas dapat diajak bermain di lokasi itu. Maklum, ikan bekas tangkapan nelayan itu masih anakan. Anak-anakpun bisa bermain-main dengan hiu dan dijamin aman.

Karena pengunjung bisa menceburkan diri ke keramba hiu, aspek kesejahteraan satwa menjadi berpotensi terganggu di lokasi ini. Tidak jarang wisawatan memegang hiu kemudian mengangkatnya ke permukaan untuk objek berfoto.

Keindahan karang dan ikan hias perairan Brangsing merupakan pesona yang tersisa akibat penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan oleh nelayan setempat pada masa lalu. Namun masyarakat Bangsring beruntung segera tersadarkan sehingga terumbu karang di perairan itu tidak sampai punah.

Bahkan, petugas Taman Nasional Bali Barat, sebagaimana diungkapkan Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Bangsring Abdul Aziz, lokasi itu dua tahun ke depan bisa mengalahkan titik penyelaman di sekitar Pulau Menjangan.

"Ini adalah masa depan pariwisata Indonesia dan masa depan kehidupan masyarakat Bangsring, serta Banyuwangi pada umumnya. Oleh karena itu, harus kami pelihara," kata Aziz. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI