Suara.com - Sastrawan dan filsuf Italia, Umberto Eco, wafat pada Jumat malam (19/2/2016). Ia wafat pada usia 84 di kediamannya di wilayah utara Italia, karena menderita kanker.
Salah satu karya Eco yang termasyur adalah novel "The Name of the Rose" - cerita detektif yang mengambil latar sebuah biara tua di abad pertengahan di Eropa - yang terbit pada 1980. Kisah itu diangkat ke layar lebar pada 1986.
Sebelum menerbitkan novelnya, Eco hanya dikenal di kalangan para intelektual kampus dan telah menulis sekitar 20 buku tentang sastra dan filsafat.
"Dia adalah contoh intelektualisme Eropa, memadukan kecerdasan dari masa silam dengan kemampuan besar untuk mengantisipasi masa depan," kata Perdana Menter Italia, Matteo Renzi.
Adapun "The Name of the Rose" diterbitkan ketika Eco, dosen pada Universitas Bologna, Italia, masih berusia 48 tahun. Novel itu tak saja sukses menarik pembaca, tetapi disebut membuat para kritikus terpana.
Novel itu sendiri mengambil latar kehidupan di sebuah biara pada abad 14 di Eropa. Di dalamnya dengan rinci diceritakan cara hidup dan perdebatan filsafat serta teologi pada masa itu - sebuah latar yang sebenarnya sukar diterima oleh para pembaca modern pada saat itu.
Tetapi kunci kesuksesan Eco dalam novel itu terletak pada alur yang cerdas, demikian penilaian Reuters. Eco memasukkan ketegangan, aura ketakutan yang gelap, dan tokoh utama yang menarik, yang berusaha memecahkan misteri kematian beruntun di biara tersebut.
Sejak pertama kali diterbitkan, novel itu sudah diterjemahkan ke dalam puluhan bahasa dan terjual sebanyak 14 juta kopi. Buku itu juga memenangkan beberapa penghargaa internasional.
Kisah dari buku itu lalu diangkat ke layar lebar oleh sutradara Prancis, Jean-Jacques Annaud dan dibintangi oleh aktor karismatis Skotlandia, Sean Connery.
Tetapi kesuksesaanya dengan novel itu belakangan membuat Eco kesal. Ia mengatakan media internasional selalu menilainya dari buku itu.
"Saya tak bisa menghabiskan hidup hanya untuk berbicara tentang sebuah buku yang sudah saya tinggalkan lima tahun lalu," keluh dia.
Selain novel, Eco sudah banyak menulis buku soal filsafat dan semiotika. Ia juga kerap menulis untuk majalah politik Italia, L'Espresso.
Novel keduanya, "Foucault's Pendulum" kurang sukses di dunia, tetapi tetap dipuji sebagai sebuah karya sastra berkualitas. Novel terakhirnya diterbitkan pada 2015 dengan judul "Numero Zero".
Eco lahir di kota Alessandria, di sebelah utara Italia pada 5 Januari 1932. Ia adalah putera seorang akuntan lokal.
Ayahnya ingin Eco menjadi seorang pengacara, tetapi ia justru memilih belajar filsafat di Universitas Turin. Di sana ia belajar tentang pemikiran dan sastra Eropa dari abad pertengahan.