Srihadi Soedarsono, 70 Tahun Berkarya Dengan 'Roso'

Esti Utami Suara.Com
Kamis, 18 Februari 2016 | 11:55 WIB
Srihadi Soedarsono, 70 Tahun Berkarya Dengan 'Roso'
Pelukis Srihadi Soedarsono di sela pembukaan
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Perjalanan karier Srihadi dimulai sejak masa Revolusi Kemerdekaan (1946-1949). Saat usianya masih 14 tahun, Srihadi yang terlahir dari keluarga batik di Solo, bergabung dengan Ikatan
Pelajar Indonesia (IPI) bagian pertahanan. Ia antara lain bertugas membuat poster, grafiti, penulisan slogan di dinding, dan gerbong kereta api untuk membangkitkan semangat juang.

Ia lantas mendaftar menjadi anggota Tentara Pelajar (TP) dan dipercaya mejadi wartawan pelukis, yang bertugas mengabadikan momen-momen perjuangan lewat coretan tangannya. Ia pun
mendokumentasikan perjalanan tentara Jepang, pelaksanaan konferensi Tiga Negara (KTN), dan juga pesawat VT-CLA yang jatuh ditembak oleh Belanda di Yogyakarta.

Setamat SMA pada 1952, Srihadi dihadapkan pada dua pilihan, apakah melanjutkan pendidikan di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta atau Balai Pendidikan Guru Seni Rupa di Bandung. Srihadi memilih Bandung, dengan alasan ingin belajar hal baru.

Srihadi Soedarsono dan karya awal kariernya. (suara.com)

Saat itu, aliran seni ASRI Yogya adalah impresionisme dan ekspresionisme yang telah banyak dipelajari Srihadi saat masih di Solo dan Yogyakarta. Sementara di Bandung, saat itu banyak pengajar datang dari Eropa yang mengenalkan aliran baru yakni seni abstrak dan kubisme dengan spirit keterbukaan dan universal.

Saat belajar di Bandung itu, Srihadi juga sering berkunjung ke Bali. Di pulau Dewata ini Srihadi yang beranjak dewasa banyak berguru pada seniman Bali untuk menggali spiritualistasnya.  

"Pada tahun 1950an, saat berada di Bali, Srihadi mengenal konsep penting dalam karyanya yakni horizon. Garis yang memberi tanda antara yang ada dan yang tidak ada," ujar Rikrik Kusmara, kurator seni yang banyak bekerja sama dengan Srihadi.

Fase selanjutnya adalah masa 1960an, saat Srihadi berkesempatan melanjutkan studi ke Ohio State University. Saat itu, aliran abstrak seolah mendominasi dunia seni lukis negeri Paman Sam. Di tahap ini Srihadi mulai melakukan eksperimentasi pada bentuk abstrak lewat tempelan potongan kertas dan spontanitas warna.

Memasuki era 1970an, gaya melukis Srihadi cenderung impresionis lewat cat air dan ekpresionis lewat cat minyak dan sering memasukkan unsur simbolis dalam lukisannya. Ini seiring dengan pengembaraannya ke berbagai tempat di dunia, baik di Asia maupun Eropa dan Amerika.

Terakhir karyanya muncul dalam bentuk simplifikasi dengan garis horison yang kuat, selain juga lukisan figur-figur puitis yang terinspirasi ajaran Zen. Karya-karya Srihadi era masa kini, dikenal dengan lukisan figuratif, minim garis dan detail, namun tetap indah.

Sebagai pelukis yang telah puluhan tahun mengarungi dunia seni, Srihadi tak memungkiri adanya perang mazhab. Namun ia berharap seniman kini tidak terpengaruh perseteruan mazhab dan menjadi diri mereka sendiri.

"Biarkan hal tersebut menjadi sejarah saja. Cintai manusia lewat karya karya dan kerja keras," demikian pesannya untuk generasi muda pencinta seni.   


BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI