Tayangan Sinetron Bisa Picu Pubertas Dini Pada Anak

Kamis, 18 Februari 2016 | 07:21 WIB
Tayangan Sinetron Bisa Picu Pubertas Dini Pada Anak
Ilustrasi menonton televisi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para orang tua diminta untuk lebih selektif dalam memilih tayangan bagi putra-putrinya. Pasalnya tayangan sinetron yang mengandung konten dewasa yang dikonsumsi anak-anak, berpotensi memicu pubertas dini pada anak.

Psikolog dari Klinik Remaja RSAB Harapan Kita, Jakarta, Ade Dian Komala, M.Psi mengatakan, usia anak-anak dan remaja umumnya belum siap menerima konten yang disajikan tayangan sinetron saat ini tanpa bimbingan. Akibatnya ketika terpapar konten yang mengisahkan hubungan percintaan usia dewasa, anak penasaran untuk mencobanya secara langsung.

"Misalnya lihat sinetron ada adegan pegangan tangan, pelukan, ciuman yang sebenarnya bukan untuk konsumsi mereka (anak-anak). Lalu ketika mencoba pegangan dengan lawan jenis yang disukainya kok deg-degan ya, tambah lagi pelukan kok enak ya, dan bisa mengarah ke hubungan seksual," ujarnya pada forum NGOBRAS (Ngobrol Bareng Sahabat) di RSAB Harapan Kita, Jakarta, Rabu (17/2/2016).

Hasrat seksual yang dirasakan anak-anak di usia yang terbilang dini pada akhirnya mempengaruhi kematangannya secara psikologis dan fisik. Ditambahkan dokter spesialis anak RSAB Harapan Kita, Aditya Suryansyah, pubertas dini dapat menyebabkan terhentinya pertumbuhan si anak sehingga tinggi badannya tak lagi bertambah.

"Peluang dia hamil di usia dini juga besar karena secara psikologis dia sudah lebih dewasa dibanding teman seumurannya. Tinggi badannya juga tak lagi bertambah sehingga anak yang pubertas dini badannya relatif pendek," sambungnya.

Untuk mencegah pubertas dini yang dipicu tayangan sinetron saat ini, psikolog Ade menyarankan agar orangtua membangun keterbukaan pada anak. Ia juga menyayangkan sikap orangtua yang kerap menyalahkan anak tanpa mau memberikan waktunya untuk mendengarkan curhatan anak.

Ia menyarankan agar para orangtua harus memposisikan diri seperti remaja dan mencari tahu informasi yang berkembang di remaja saat ini.

"Caranya bisa dengan menanyakan langsung, tapi ingat, jangan reflek untuk langsung berkomentar, berikan dia kesempatan untuk bercerita. Kalau kedekatan sudah terjalin baik antara orangtua dan anak dia akan punya tanggung jawab moral. Mau nakal jadi mikir-mikir, takut orangtuanya kecewa karena saking dekatnya dengan dia," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI