Makna di Balik Persembahan saat Tahun Baru Imlek

Minggu, 07 Februari 2016 | 17:40 WIB
Makna di Balik Persembahan saat Tahun Baru Imlek
Berbagai makanan persembahan yang diletakkan di meja dekat altar para dewa menjelang Imlek di Vihara Dhanagun, Bogor, Minggu (7/2/2016). (Suara.com/Firsta Nodia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tahun baru Imlek sudah di depan mata. Masyarakat Tionghoa pun menyambutnya dengan sukacita.

Berbagai ornamen merah khas Imlek pun mendominasi dekorasi diri dan tempat tinggal mereka.

Salah satu ritual yang mereka lakukan saat perayaan tahun baru Imlek adalah memberikan persembahan kepada para dewa yang biasanya berupa makanan.

Di vihara, selain mengucap syukur dengan berdoa, masyarakat Tionghoa biasanya juga membawa makanan yang diletakkan di meja, dekat altar para dewa.

Menurut pengurus harian Vihara Dhanagun di kawasan Pecinan Jalan Suryakencana Bogor, A Yung, makanan yang disuguhkan pada para dewa sebenarnya bukan bentuk dari persembahan. Ia lebih menganggapnya sebagai doa, dengan filosofi yang berbeda di setiap makanan yang disuguhkan.

"Kan nggak setiap orang pandai berdoa dengan kata-kata. Jadi mereka berdoanya dengan memberikan suguhan makanan. Ketika menyuguhkan apel berarti orang tersebut minta diberi keselamatan," ujar A Yung ketika ditemui Suara.com, Minggu (7/2/2016).

Sedangkan jeruk, A Yung menjelaskan bahwa buah berwarna kuning ini menunjukkan simbol keberuntungan. Artinya, sang pendoa meminta keberuntungan dan rezeki yang mengalir deras, ketika menyuguhkannya kepada para dewa.

Berdasarkan pengamatan Suara.com, ada pula masyarakat Tionghoa yang menyuguhkan daging ayam. Menurut A Yung, hal ini menandakan bahwa si pendoa meminta kehidupan yang seimbang di tiga tingkatan kehidupan yang dijalaninya.

"Jadi pemahamannya adalah bagaimana hubungan antara atasan, sesama, dan bawahan itu seimbang. Kalau seimbang maka hidup akan penuh keberuntungan, keselamatan dan akhirnya membawa kebahagiaan," jelasnya.

Persembahan dalam bentuk makanan ini menurut A Yung ada pula yang dibawa kembali oleh si pendoa setelah perayaan Imlek selesai untuk dibagikan kepada orang yang membutuhkan.

"Jadi bagaimana bisa bermanfaat untuk sesama akan mendatangkan banyak kedamaian dan kebahagiaan," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI