Suara.com - Perayaan tahun baru Imlek yang jatuh pada 8 Februari esok mulai menunjukkan geliatnya. Tak terkecuali suasana yang tampak di kawasan pecinan di sepanjang Jalan Suryakencana, Bogor, Jawa Barat.
Menjelang siang tadi kawasan yang berseberangan dengan lokasi wisata Kebun Raya Bogor ini tampak ramai. Hiasan lampion cantik dan ornamen dengan aksen merah di sudut-sudut jalan tampil mencolok.
Masuk ke dalam kawasan pecinan ini Anda akan mendapati klenteng yang konon sudah berusia ratusan tahun dan kerap menjadi salah satu tempat perayaan Imlek paling ramai di Kota Hujan ini.
Letaknya sedikit tersembunyi, tapi gerbang di sisi kiri jalan dengan jelas menonjolkan keberadaan vihara yang bernama Dhanagun ini.
Hingar bingar suara klakson dan mesin kendaraan di jalanan pun seketika redam ketika memasuki klenteng ini. Aroma bakaran hio atau dupa menyeruak di tengah khidmatnya pengunjung yang berdoa.
Meski menjadi pusat peribadatan umat Tionghoa, suasana sunda begitu kental terasa. Para jemaat yang datang untuk berdoa, tak jarang saling berkomunikasi menggunakan logat sunda ketimbang bahasa mandarin.
"Tos ti tadi aya dugi ka dieu? (Sudah lama di sini?)," ucap salah satu jemaat kepada jemaat lainnya yang lebih dulu datang.
Pengurus harian Vihara Dhanagun, A Yung mengatakan bahwa percakapan menggunakan bahasa sunda memang sudah biasa dilakukan sesama warga Tionghoa di kota Bogor. Menurutnya, berada di tanah Bogor, itu berarti harus menjunjung tinggi budaya setempat sebagai bentuk penghormatan.
"Kami berada di Kota Bogor. Kami juga harus meenghormati leluhur yang juga besar di tanah sunda dengan ikut melestarikan budayanya," jelas A Yung kepada Suara.com, Minggu (7/2/2016).
Bentuk penghormatan ini juga ditunjukkan dengan adanya altar atau tempat sembahyang bernama Eyang Suryakencana, leluhur orang sunda. Diceritakan A Yung, Eyang Suryakencana adalah pendiri kota Cianjur dan ayah Prabu Siliwangi.
Nama jalan di sekitar vihara yang juga bernama Suryakencana membuat vihara ini turut mengabadikannya sebagai altar sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur masyarakat dimana mereka tinggal.
"Jadi sebenarnya ketika kami berdoa, doanya disampaikan untuk leluhur. Kalau nggak paham dianggapnya dewa saja. Jadi kita buatkan altar Eyang Suryakencana untuk menghormatinya sebagai leluhur kami," imbuhnya.
Klenteng Tertua di Bogor
Vihara yang juga memiliki nama lain Klenteng Hok Tek Bio ini menurut A Yung sudah berumur ratusan tahun. Bahkan tak sedikit yang menganggapnya klenteng tertua di kota Bogor. Meski demikian, bangunannya masih kokoh berdiri dan cukup terawat.
Meski tak punya bukti otentik, berdasarkan cerita para leluhurnya, A Yung mengatakan bahwa vihara ini didirikan sebagai tempat berkumpulnya komunitas etnis Tionghoa di Bogor saat zaman penjajahan Belanda dulu.
"Prediksinya sekitar tahun 1747. Tahun tersebut ada peperangan antara pedagang Tiongkok dengan VOC seehingga timbul komplek pecinan ini. Supaya lebih mudah mengendalikan mereka membangun vihara ini untuk berkumpul dan beribadah menghormati leluhur," jelasnya.
Saat perayaan tahun baru Imlek seperti saat ini, ia mengatakan bahwa vihara akan ramai dikunjungi saat sore nanti, malam, hingga esok hari. Persiapan tentu sudah rampung dilakukan untuk menyambut para jemaat yang akan menyampaikan permohonannya.
"Kami udah siapain hio satu lemari lebih. Nggak akan kekurangan bahkan bisa mencukupi sampai Cap Go Meh lewat. Lilin pesanan umat juga sudah diberi nomor agar mereka lebih mudah untuk mendapatkannya ketika datang berdoa," jelas A Yung.
Berbagai pertunjukan untuk menyemarakkan perayaan tahun baru Imlek pun akan dimeriahkan dengan pertunjukan barongsai yang diselenggarakan oleh komunitas keturunan Tionghoa dari klenteng ini.
Barongsai akan berkeliling di sekitar toko-toko Pasar Bogor dan Jalan Suryakencana untuk meminta angpao. Tentunya hal ini menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat kota Bogor karena letaknya yang strategis dengan pusat kota.
Bagi Anda yang tertarik menikmati suasana imlek dengan nuansa sunda yang kental terasa, jangan lupa kunjungi kawasan pecinan ini, ya!