Mengenal Penjor, Hasil Akulturasi Budaya Bali-Tionghoa

Kamis, 04 Februari 2016 | 13:16 WIB
Mengenal Penjor, Hasil Akulturasi Budaya Bali-Tionghoa
Seorang warga menata tempat persembahyangan menjelang Hari Imlek 2567 di Kelenteng Griya Kongco Dwipayana, Denpasar, Bali, Selasa (2/2). (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Warga keturunan Tionghoa di Bali memasang 'penjor'. Ini adalah salah satu ciri khas suasana Imlek di Pulau Dewata.

Penjor adalah bambu dengan hiasan janur. Penjor di pasant di sejumlah vihara di Kuta, Kabupaten Badung, Bali menjelang perayaan Imlek pada Senin (8/2/2016).

Ketua II Pengurus Vihara Darmayana, Luwih Berata menjelaskan bahwa pemasangan penjor tersebut merupakan tradisi akulturasi budaya Bali yang biasa dilakukan menyambut tahun baru 2567.

"Itu merupakan bentuk akulturasi budaya antara Bali dan Tiongkok. Kami ikuti tradisi di Bali," katanya di Kuta, Kamis (4/2/2015).

Selain hiasan penjor, sejumlah akulturasi budaya lainnya juga menghiasi vihara yang memiliki umat 150 kepala keluarga itu di antaranya umbul-umbul dan hiasan janur dengan lampion berwarna merah. Pengurus vihara yang dipugar pertama pada tahun 1873 itu saat ini tengah sibuk menyiapakan sejumlah kelengkapan upacara setelah sebelumnya membersihkan patung para dewa.

Sejumlah ritual akan dilaksanakan menjelang perayaan tahun baru di antaranya pelaksanaan kirab dengan mengusung barongsai dan naga berkeliling wilayah Kuta.

"Kirab itu kami yakini untuk menetralisir pengaruh negatif menjelang Imlek," ucapnya.

Pihak pengelola vihara juga telah berkoordinasi dengan petugas kepolisian untuk pengamanan menjelang kirab dan puncak Imlek untuk memastikan kelancaran lalu lintas di sekitar vihara.

Vihara Darmayana Kuta merupakan salah satu vihara di Badung yang memiliki jumlha umat yang cukup banyak, tidak hanya warga lokal setempat tetapi juga wisatawan khususnya keturunan Tionghoa. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI