Sastia merupakan satu dari sedikit perempuan yang memilih karier menjadi peneliti. Dan, perempuan yang kini berumur 33 tahun ini serius dengan pilihannya. Di usianya yang masih tergolong muda, Sastia telah menjadi asisten profesor di Osaka University, Jepang. Dan ia merupakan salah satu peneliti perempuan yang diakui di bidangnya, metabolomik.
Saat ini, Sastia memang menetap di Osaka. Namun, setiap bulan perempuan yang lahir dan tumbuh di kembali ke tanah air dan mengajar di Institut Teknologi Bandung (ITB). Minat perempuan kelahiran 8 Desember 1982 ini terhadap sains, sudah tumbuh sejak ia duduk di bangku sekolah.
Ajaran sang ayah yang selalu menumbuhkan rasa ingin tahu menjadi pendorong baginya untuk mencintai ilmu pengetahuan. Maka setelah lulus dari sebuah SMA di Jakarta, perempuan yang berprinsip berusaha menjadi yang terbaik ini, melanjutkan pendidikan ke Fakultas Biologi Institut Teknologi Bandung.
Ternyata pilihannya sangat tepat. Biologi membuatnya makin menyukai sains sehingga akhirnya ia memutuskan untuk berkarier sebagai peneliti.
"Dari ilmu biologi, saya banyak menemukan hal-hal menarik yang ada di sekitar kita. Banyak sekali masalah yang bisa dipecahkan dengan berbasis sains dan teknologi. Maka dari itu, saya ingin memberikan sumbangsih saya lewat sains untuk memecahkan masalah yang lebih global," papar ibu satu anak ini.
Ia kemudian menjadi dosen di ITB. Tidak hanya itu, ia juga pernah memiliki kesempatan bergabung dengan UNESCO Training Course in Biotechnology di Jepang. Setelah bergabung dengan UNESCO, Sastia pun memutuskan untuk mengambil program doktor di Osaka University, Jepang. Dan kini ia menjadi asisten profesor di sana.
Meski disibukkan oleh beragam penelitian yang sedang dikerjakaannya saat ini, Sastia tetap bisa menyeimbangkan waktu untuk keluarga. Ia tetap memiliki keluarga harmonis dan mampu menepis anggapan miring tentang peneliti perempuan yang tidak memiliki 'kehidupan' pribadi.
Oleh karena itulah, Sastia berhasil mendapatkan penghargaan dari L'Oreal sebagai peneliti inspiratif. Tidak hanya berkat proposal penelitiannya mengenai pengujian keaslian kopi luwak yang sudah mendapat pujian di Jepang tapi juga karena ia tetap bisa menjadi ibu rumah tangga tanpa terhalang pekerjaannya.
Sastia menikah dengan lelaki asal Filipina dan dikaruniai anak pertama pada 2010. Mengajak generasi muda untuk mencintai sains menjadi misi Sastia. Namun mimpi besarnya adalah mendirikan pusat penelitian metabolomik demi memberi nilai tambah hasil pertanian Indonesia yang melimpah.