Christopher Emille, Menularkan Hidup Sehat Lewat Makanan Organik

Ririn Indriani Suara.Com
Kamis, 28 Januari 2016 | 14:55 WIB
Christopher Emille, Menularkan Hidup Sehat Lewat Makanan Organik
Christopher Emille Jayanata, Ketua Umum sekaligus pendiri KOI. (Foto: Suara.com/Firsta Nodia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kesehatan merupakan salah satu hal yang paling berharga dalam hidup ini. Bagaimana tidak, tanpa kesehatan yang prima, orang tak dapat beraktifitas secara maksimal. Bahkan kesehatan yang terganggu dalam jangka waktu yang lama bisa memadamkan impian dan cita-cita yang ingin diraihnya.

Untuk itulah sangat penting untuk menjaga kesehatan terlebih bila memiliki riwayat penyakit yang serius. Inilah yang dirasakan oleh Christopher Emille Jayanata, Ketua sekaligus pendiri Komunitas Organik Indonesia.

Saat usianya 30-an tahun, ia terkena serangan jantung. Lelaki yang akrab disapa Emil ini sama sekali tak menyangka menderita penyakit tersebut padahal sering olahraga.

"Selama ini saya rajin olahraga, tapi ternyata masih tetap berisiko serangan jantung. Penyebabnya selain keturunan juga karena darah saya yang kental," ceritanya kepada Suara.com di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Sejak itulah Emil berusaha untuk lebih bijak dalam memilih makanan lantaran menyadari bahwa penyakit jantung juga dipengaruhi oleh makanan.

Banyak Makanan Terpapar Bahan Kimia
Ia sadar betul dulu pola makannya memang sembarangan. Kentang goreng yang merupakan camilan favoritnya kerap disantapnya dalam jumlah yang banyak lengkap dengan minuman bersoda yang begitu menyegarkan.

Namun di balik kenikmatan yang memanjakan perutnya itu ternyata menjadi salah satu pemicu serangan jantung yang pernah dideritanya. Kesadaran inilah yang membuat Emil kemudian memutuskan untuk menghentikan kebiasaan buruknya itu dan mulai hidup sehat.

Nah, salah satu gaya hidup sehat yang dijalaninya  adalah mengonsumsi makanan organik. "Saya pilih makanan organik, karena semakin hari semakin banyak makanan yang terpapar bahan kimia sintesis yang dalam jangka panjang berdampak bagi kesehatan," ungkap lelaki kelahiran 17 Oktober 1972 ini.

Kondisi ini pula, kata Emil, yang menjadi penyebab munculnya berbagai penyakit dan kelainan genetik. Tak heran bila kasus kesehatan seperti serangan jantung, diabetes, kanker dan autisme semakin banyak terjadi.

"Semua penyakit itu awalnya juga dari makanan yang terpapar bahan kimia, mulai dari pestisida, pengawet, penyedap dan masih banyak lagi," imbuhnya.

Apalagi ketika Emil terjun langsung ke lapangan dan menemukan fakta bahwa banyak sekali tanaman terpapar bahan kimia dalam dosis, yang melebihi batas wajar. Kondisi ini tentu saja membuatnya sangat prihatin dan khawatir.

"Ya, ketika turun langsung ke sentra-sentra pertanian di berbagai daerah, saya melihat bahwa penggunaan bahan kimia seperti pestisida, fungisida, dan sida-sida lainnya sudah melebihi batas. Kalau dulu pakai 1 tutup botol untuk 1 tangki, sekarang sampai 4-5 tutup botol bahan kimia untuk satu tangki penyiraman," bebernya.

Mendirikan Komunitas Organik Indonesia ...

Mendirikan Komunitas Organik Indonesia
Kenyataan inilah yang membuat Emil kian mantap untuk memilih makanan organik sekaligus mengedukasi dan sosialisasi tentang pentingnya makanan organik. Ia juga mendirikan usaha peternakan ayam pronik, tanpa suntikan antibiotik atau bahan kimia lainnya.

Semenjak itulah ia banyak bergaul dengan orang-orang yang memiliki bisnis di bidang produk organik.

Berbagai produk organik seperti sayuran dan buah-buahan yang ada di KOI. (Foto: Dok. KOI)

Seringnya bertemu dan berbincang dengan orang-orang yang memiliki visi dan misi yang sama membuat Emil tergerak untuk mendirikan sebuah komunitas yang mulanya diberi nama Community Indonesia Quality and Health Living dan belakangan diberi nama Komunitas Organik Indonesia (KOI) pada 2007.

"Sekitar tahun 2004-an saya bertemu dengan teman-teman yang memiliki bisnis serupa, ada Healthy Choices, Equil, Dapur Manado, Mahkota Dewa. Kami berpikir kenapa tidak mengampanyekan ini kepada masyarakat luas," cerita Emil.

Ia bersama rekan-rekannya yang concern soal hidup sehat lewat produk organik tertarik mendirikan KOI karena dilatabelakangi oleh keprihatinan terhadap semakin banyaknya penyakit dan kelainan genetik yang dialami oleh masyarakat saat ini.

Sejak pertemuan itulah, arsitek jebolan Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung ini sering mengadakan diskusi bulanan dengan para pemilik produk organik. Alhasil, kata Emil, semakin lama semakin banyak pengusaha organik yang berkumpul menyatakan keinginannya untuk bergabung di KOI.

Hidup sehat itu murah ...

Hidup Sehat Itu Murah
Kini KOI telah beranggotakan 300 pengusaha produk organik yang tersebar di seluruh Indonesia. Sungguh, sebuah perjuangan panjang yang menuai hasil sangat menggembirakan.

"Sekarang anggota KOI tak hanya sayuran dan buah-buahan organik, tapi juga produk organik lain seperti produk perawatan kulit, kecantikan, bumbu dapur, es krim, dan banyak lagi," ujarnya bersemangat.

Melalui berbagai program yang digelar oleh KOI, Emil bersama rekan-rekannya juga mengedukasi sekaligus mengkampanyekan bahwa gaya hidup organik itu murah.

"Jadi, keliru kalau ada yang mengganggap organik itu mahal. Justru dengan membeli langsung dari produsen, harga tak jauh berbeda dengan non organik," jelasnya meyakinkan.

Emil juga mengatakan bahwa KOI sering menyelenggarakan program atau event yang mempertemukan produsen dengan konsumen agar harganya produk organik jauh lebih murah ketimbang membeli di supermarket.

Selain itu, lanjut dia, KOI juga memiliki program utama yaitu pemberdayaan anggota tentang bagaimana mengemas suatu produk agar lebih menarik dan cara mengkomunikasikan produknya kepada konsumen.

"Kami tergabung dalam komunitas ini untuk saling membantu, mendukung dan berbagi ilmu agar makin banyak masyarakat yang tertarik terhadap produk organik sehingga lama kelamaan tak hanya jadi gaya hidup, tapi menjadi budaya," urainya.

Jadi Kebiasaan di Keluarga
Emil mengaku, masa-masa awal terjun di dunia organik tidak menemukan kesulitan yang berarti. Ini dikarenakan ia lahir dan dibesarkan di keluarga yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang pertanian.

"Malah saya merasa, mungkin ini memang sudah jalannya, nggak jauh-jauh dari dunia pertanian, jadi merasa seperti ada benang merahnya" imbuhnya lagi.

Dalam menjalankan gaya hidup sehatnya itu Emil tidak melakukannya sendirian. Ia menularkannya pula kepada keluarga kecilnya.

Di rumah, lanjut Emil, selalu menyajikan makanan yang semuanya diolah dari produk organik.

"Dapur saya isinya produk organik semua. Karena setiap minggu bertemu dengan teman-teman komunitas. Jadi, mengambil dari mereka saja yang kita sudah tahu kualitasnya. Dari mulai beras, sayur, buah, bakso, ikan semua organik," jelas lelaki berkacamata ini.

Tak heran bila ia dan keluarganya sudah akrab dengan menu-menu organik seperti sayur organik, beras dan lauk pauk yang bebas dari pewarna, pengawet, perasa, dan pemanis buatan. "Sudah menjadi gaya hidup sehari-harinya dan kami jadi lebih sehat dan produktif karena jarang sakit," ceritanya menutup perbincangan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI