Ada Listrik di Baduy Luar
Yang lebih mengejutkan kami menjumpai pedagang dari desa luar yang menjual es krim yang dilengkapi dengan sirine nyaring bak di kota, untuk menandakan kehadirannya.
Kampung Baduy yang biasanya hening diramaikan oleh bunyi sirine pedagang es krim. Sirinenya berdaya listrik dari aki kecil.
Listrik nyatanya telah hadir di Baduy Luar. Di kampung Balimbing tempat saya menginap sudah menggunakan listrik tenaga surya.
Sinyal telepon sampai di desa ini, jangan heran melihat warga di sini sudah banyak menggunakan telepon yang dilarang digunakan di Baduy Dalam.
Penampilan orang Baduy Luar pun banyak berubah. Dahulu kaum lelaki Baduy Luar identik dengan pakaian warna hitam dan ikat kepala berwarna biru, tak terkecuali anak-anaknya. Sekarang mulai jarang dijumpai lelaki Baduy Luar yang mengenakan pakaian itu.
Sehari-hari mereka hanya mengenakan celana jeans dan kaos. Seperti Amir pemandu saya, menggenakan celana jeans dan kaos.
Hanya ikat kepala berwarna biru yang kadang ia kenakan, selebihnya hanya tersampir di pundak. Kami hampir tak mengenali ia sebagai warga Baduy Luar yang biasanya terlihat dari atribut yang dikenakannya.
Hanya kaum perempuan Baduy Luar yang terlihat masih konsisten dengan cara berpakaiannya: Kebaya biru-biru dan caping lebarnya jika di luar rumah atau di ladang. Tak terkecuali anak-anak perempuan pun tetap mengenakannya.
Mayoritas perempuan masih berpegang pada tradisi cara berpakaiannya. (Feri Latief)
Menunggu waktu untuk perubahan besar ...