Makin Banyak Warung
Keterbukaan Telah Berlangsung Dalam Satu Dekade
Fenomena “keterbukaan” Baduy telah berlangsung dalam satu dekade belakang ini. Itu diakui oleh seorang pedagang, yang kami temui di kampung Cibungur, Baduy Luar, kampung terdekat dengan Cibeo.
“Saya mulai berjualan dari tahun 2010,” kata Suleman (30), warga kampung Cicakal Girang, Baduy Luar. Ia berjualan sendal, permen, biskuit dan lain-lain.
Suleman memikul semua barang itu keluar masuk kampung untuk dijual ke warga Baduy Dalam dan Luar.
Warga Baduy Luar dibolehkan berjualan.
Di kampung-kampung Baduy Luar sudah banyak berdiri warung-warung yang menjual kebutuhan rumah tangga. Kunjungan kami tiga tahun lalu sudah mendapati beberapa warung. Kini semakin banyak warung dibuka di setiap kampung.
Ada yang betul-betul mengubah tampilan rumahnya menjadi sebuah warung, ada yang hanya mengeletakkan barang dagangannya di lantai rumahnya. Mulai dari Kadu Ketuk, kampung Baduy Luar terdepan, terus ke Cipondok, Balimbing, Marengo, Gajeboh, Cicakalmuhara, Cipaler, Cibungur.
Sampai jua akhirnya di tiga kampung Baduy Dalam: Cibeo, Cikatarwana dan Cikeusik. Di Kadu Ketuk, kampung yang terdekat dengan Cibogleger, hampir semua rumah menjadi warung yan menjajakan barang dagangan produk khas Baduy. Mulai dari kain tenun sampai hasil alam, seperti durian, pisang, gula aren, dan madu hutan.
Infiltrasi ekonomi begitu kuat. Pedagang-pedagang dari desa sekitar pun menyerbu masuk Baduy. Warga Baduy menjadi target pemasaran mereka.
Selain itu pedagang pun menampung hasil bumi mereka. Ini membuka mata kita bahwa kekuatan ekonomi warga Baduy cukup besar. (Feri Latief)
Ada listrik di Baduy Luar ...