Suara.com - Bahasa asli yang terancam, ditarik kembali dari ambang kepunahan tapi masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Demikian pernyataan satu kelompok ahli bahasa asli di Markas Besar PBB, New York, Kamis (20/1/2016).
"Ada contoh bagi kami bukan hanya untuk mempertahankan bahasa kami, tapi menggunakannya untuk mendidik generasi baru, menggunakannya di rumah kita lagi," kata Amy Kalili, ahli dalam Bahasa Hawaii, yang ikut dalam panel ahli bahasa asli di Markas Besar PBB, New York, pekan ini.
Panel tersebut memberi contoh bahwa bahasa asli diaktifkan kembali di seluruh dunia, dari Maori di Selandia Baru sampai Bahasa Hawaii, negara asal Kalili.
Sekarang mungkin untuk mempelajari Bahasa Hawaii dari anak-anak sampai tingkat doktoral, kata Kalili, kebanyakan karena upaya masyarakat untuk menyelamatkan bahasa tersebut dari kepunahan.
Kalili mengatakan bahwa menyelamatkan bahasa asli juga akan menguntungkan masyarakat global melalui pelestarian pengetahuan asli, yang penting.
"Kekayaan pengetahuan yang harus kita tawarkan kepada masyarakat dunia tersusun di dalam bahasa asli kita," kata perempuan ilmuwan itu.
Namun, Tetua Agung Edward John dari Suku Tl'azt'en di British Columbia, Kanada mengungkapkan fakta yang mengenaskan. Bahwa satu bahasa asli mati setiap pekan atau setiap dua pekan.
"Jika ada hewan atau tanaman atau ikan yang akan punah, orang-orang bangkit untuk mencegahnya, tapi ketika satu bahasa akan punah, tak seorang mengatakan sesuatu," katanya.
Dan meskipun teknologi mungkin menawarkan bantuan, itu bukan jawaban, kata John.
"Kita sekrang perlu membuat para tetua 'melek perangkat teknologi' sehingga mereka bisa memanfaatkan teknologi ini untuk mengajar generasi muda," kata John, sebagaimana dikutip Xinhua.
"Teknologi muncul dan menghilang dan takkan menjadi jawaban, tapi itu adalah suatu alat," Tatjana Degai dari Kamchatka di bagian timur-laut Rusia mengatakan meskipun ada pendekatan banyak budaya dan dukungan pemerintah buat bahasa asli di Rusia, sebagian bahasa masih berada di ambang kepunahan.
"Bahasa kami bisa bertahan hidup, di Rusia --negara yang memiliki banyak budaya dengan lebih dari 200 bahasa yang berbeda," kata wanita tersebut.
"Sebagian bahasa digunakan oleh satu juta orang, sebagian bahasa dituturkan oleh ribuan orang, dan kebanyakan bahasa asli masyarakat Siberia Utara dan Timur-jauh lah yang berada di ambang kepunahan," katanya.
Ada sebanyak 6.000 sampai 7.000 bahasa di dunia, kata John. Salah satu saran panel tersebut ialah semua negara diharapkan membantu memetakan bahasa asli di wilayah mereka, tambahnya. (Antara/Xinhua)
Setiap Dua Pekan Satu Bahasa Daerah Punah
Esti Utami Suara.Com
Jum'at, 22 Januari 2016 | 11:00 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Deinas Geley Apresiasi Penggunaan Bahasa Daerah: Kami Termotivasi Masukkannya dalam Muatan Lokal
13 September 2024 | 18:57 WIB WIBMenjadi Bangsa Merdeka dalam Berbudaya
11:48 WIBREKOMENDASI
TERKINI
Lifestyle | 07:15 WIB
Lifestyle | 22:00 WIB
Lifestyle | 21:07 WIB
Lifestyle | 20:46 WIB
Lifestyle | 19:52 WIB