Kehidupan masyarakat yang religius, dalam budaya bernuansa Islami mewarnai detak kehidupan penduduk Nusa Tenggara Barat yang dikenal dengan julukan bumi "Seribu Masjid". Ini melengkapi eksotis dan indahnya alam Nusa Tenggara Barat yang kini sedang mengembangkan pariwisata syariah.
Ya, beberapa tahun terakhir, industri pariwisata di "Bumi Gora" terus menggeliat. Ini ditandai dengan angka kunjungan wisatawan yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Data Dinas Kebudayaann dan Pariwisata NTB menyebutkan, pada 2015 tercatat 2,51 juta wisatawan berkunjung ke bumi gora. Dan, pada 2016 ditargetkan 3 juta kunjungan wisatawan ke bumi gora.
Untuk mewujudkan target itu, branding "Pesona Lombok Sumbawa" diluncurkan sebagai bagian tak terpisahkan dari branding "Wonder Indonesia" yang telah mendunia.
Bumi gora memang telah ditetapkan sebagai salah satu dari 13 tujuan wisata syariah di Indonesia. Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa dinilai sebagai salah satu daerah paling siap mengembangkan wisata dengan konsep syariah.
Konsep wisata syariah, menurut gubernur NTB Zainul Majdi, lebih kepada wisata keluarga dan pendekatan yang mengakomodir nilai-nilai Islami. Oleh karena itu penataan tujuan wisata, termasuk penyiapan seluruh perangkat, seperti sertifikasi halal perlu dikedepankan.
Untuk mendukung konsep tersebut saat ini Pemprov NTB tengah merancang berbagai hal yang diperlukan. Bahkan sudah ada komitmen yang kuat dari pelaku pariwisata bersama pemerintah untuk menghadirkan kenyamanan bagi wisatawan.
Pengembangan wisata syariah ini sebenarnya dihajatkan untuk memberikan ketenangan, keamanan dan kenyamanan kepada wisatawan, khusunya wisatawan Muslim, terutama bagi mereka yang berkunjung bersama keluarga.
"Dengan penerapan konsep wisata syariah itu mereka tidak merasa terganggu dengan aktivitas wisatawan lain, misalnya, yang sedang meminum minuman beralkohol," kata gubernur jebolan Universitas Al Azhar Kairo ini.
Setidaknya ada empat bidang yang telah ditetapkan sebagai fasilitas pilihan untuk mendukung wisata syariah, yakni hotel, restoran yang diberikan label halal, biro perjalanan dan spa serta fasilitas lainnya yang dijamin keamanannya akan terus dikembangkan.
Sejumlah peninggalan sejarah perkembangan Islam, seperti masjid kuno Bayan dan Sesait di Kabupaten Lombok Utara berusia ratusan tahun serta bangunan peninggalan kesultanan di Pulau Sumbawa juga merupakan potensi wisata Islami yang juga menjadi daya tarik wisata.
Keberadaan ratusan pondok pesantren di NTB juga menjadi pondasi kuat pengembangan wisata syariah di daerah itu yang didukung oleh keberadaan masjid, kuliner halal, hotel bernuansa syariah dan tentunya keindahan alam dan potensi lainnya.
Menurut Majdi, saat ini ada pemahaman yang keliru terkait konsep wisata syariah, sehingga terkesan menakutkan bagi daerah dan pelaku pariwisata dalam penerapannya. Sejatinya wisata syariah adalah konsep wisata yang di dalamnya mencakup pesona alam, budaya atau objek wisata buatan yang dibingkai dengan nilai-nilai Islam.
Konsep wisata ini juga telah dikembangkan di sejumlah negara yang penduduknya bukan mayoritas Muslim, sebut saja Jepang, Malaysia, Cina, Taiwan, Thailand, Korea, Prancis, Amerika Serikat dan Jerman, tapi dengan istilah berbeda. (Antara)