Ini Keunggulan Konsep Pendidikan Montessori

Selasa, 19 Januari 2016 | 11:33 WIB
Ini Keunggulan Konsep Pendidikan Montessori
Dalam sistem pendidikan 'Montessori' anak dididik untuk mandiri. (suara.com/Firsta Nodia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pendidikan memegang peran penting daat anak berada di usia keemasannya. Pendidikan di masa ini sangat menentukan masa depan si anak.   Sayangnya konsep belajar yang diterapkan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia masih  terpaku pada metode lama yang menuntut anak belajar dengan teori dan memusatkan pada teknik menghapal.

Menurut pengamat pendidikan anak usia dini, Zita Anjani, metode lawas ini cenderung membuat anak lelah dan tidak bisa mengembangkan kreativitasnya.

"Konsep pembelajaran yang dibutuhkan anak-anak  usia dini adalah kemandirian. Anak harus diberi kebebasan untuk belajar sesuai dengan minatnya, bukan paksaan," ujar pemilik sekaligus Kepala Sekolah 'Kids Republic' ini kepada suara.com, Senin (18/1/2016).

Ia mengatakan bahwa konsep montessori merupakan konsep belajar yang tepat untuk anak usia dini. Dalam sistem ini, saat mempelajari sesuatu, anak diberi alat peraga sehingga lebih mudah untuk memahami hal baru.

"Misalnya berhitung 100, anak akan mendapat alat peraga yang menunjukkan 100 itu sebanyak ini loh. Sehingga nggak hanya dibayangkan saja," jelas Zita.

Metode montessori ini, menurutnya sudah banyak dikembangkan di negara-negara maju. Hasilnya, anak-anak usia dini yang diajari dengan metode montessori lebih mandiri, kreatif, dan memiliki kemampuan motorik dan kognitif yang lebih baik.

"Kemampuan otak dilatih menggunakan indra perabanya. Ketika menyentuh alat peraga menggunakan indranya lalu anak akan menggunakan logikanya untuk berpikir," imbuhnya.

Setelah menguasai konsep montessori, barulah anak boleh diajarkan untuk catat, tulis dan hitung. Konsep belajar dengan metode tangan ini sudah dapat diajarkan pada anak mulai usia 2 tahun.

Di sistem ini, anak didik tak hanya diajari pelajaran bahasa, berhitung, dan membuat kerajinan, tapi juga diajarkan kemandirian.

"Kita ajari bagaimana membuka kancing baju, menyapu, memakai sepatu, makan, dan memasukkan benda ke tempatnya kembali setelah dipakai tanpa dibantu sang guru," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI