Suara.com - Usai kejadian kasus kematian Wayan Mirna Salihin (27) yang diduga disebabkan minum es kopi Vietnam, manajemen Restoran Olivier menolak memberikan keterangan apapun kepada wartawan. Pihak manajemen tutup mulut dengan alasan menghormati penyidikan kepolisian.
“Semua keterangan ada di kepolisian. Silahkan kalau ada pertanyaan ke penyidik. Kami tidak ada keterangan apapun. Kasus ini sudah ditangani pihak kepolisian,” kata Mia Resmiati, Manager Guest Relations Officer Restoran Olivier kepada Suara.com.
Meski puluhan jurnalis dari berbagai media menghubungi manajemen untuk minta wawancara, pihak manajemen belum bersedia memberi keterangan seputar peristiwa kematian Mirna yang terjadi Rabu (7/1/2016) lalu, usai minum es kopi Vietnam di restoran tersebut.
Meski kejadian tersebut menghebohkan masyarakat, restoran tetap buka seperti biasa, melayani tamu-tamu yang ingin makan maupun sekedar ngopi bersama teman, kolega maupun keluarga. Tidak ada tanda-tanda bahwa minggu lalu di tempat tersebut ada kejadian menggemparkan. Hanya tampak sedikit berbeda, dari 136 seat yang ada, di meja 57 berikut sofa, tampak ditutup dengan kain. Namun karena letak sofa di dekat tembok, tidak tampak mencolok.
Restoran yang mulai beroperasi sejak 9 Juni 2015 ini dikenal menyediakan hidangan Eropa hingga Asia. Seperti pasta dan risoto, spaghetti berbagai rasa, makanan pembuka seperti sup tom yam, mushroom, porcini soup, salad dan lain-lain. Makanan berat tersedia ayam betutu, sop buntut hingga hainan styke risoto. Juga steak beraneka raham. Minum dari kopi, jus hingga wine semua tersedia. Tak heran jika restoran ini tidak pernah sepi karena banyaknya pilihan menu yang tersedia. Apalagi lokasi di lantai dasar paling depan, membuat pengunjung mudah untuk menemukannya, termasuk sangat strategis untuk membuat janji ketemuan dengan teman atau rekan kerja.
Penasaran dengan es kopi Vietnam, jurnalis Suara.com pun memesan minuman “istimewa” tersebut. Lihat harga, Rp38.000, lebih murah dibanding kopi standar internasional yang banyak membuka gerai di Jakarta.
“Ada pengunjung yang pesan ke kami begini, 'Mbak bisa pesan kopi kejang-kejang', ada lagi Bapak-bapak datang pesan ke kami, 'Mbak pesan kopi yang bikin mati dong',” kata Mia menirukan pesan yang disampaikan beberapa tamu satu-dua hari setelah kejadian. Mia paham yang dimaksud pengunjung tersebut. Ia hanya tersenyum. Ia sadar es kopi Vietnam sempat jadi tren di restorannya dan banyak tamu datang untuk mencobanya.
Saat kejadian, setidaknya ada 10 tamu yang pesan es kopi Vietnam. Namun tidak ada satupun keluhan, kecuali kasus Mirna.
Yang menarik dari kopi Vietnam adalah proses pembuatan yang dilakukan di depan tamu. “Sebenarnya kopi Vietnam ini asli kopi Indonesia. Kopi robusta juara satu di Indonesia. Hanya untuk pembuatannya mengikuti gaya Vietnam, dengan disaring saat dihidangkan,” jelas Mia.
Staf restoran kemudian datang membawa segelas paket kopi Vietnam. Di gelas ukuran 600 ml, sudah terdapat susu kental manis dan es. Sedangkan di atas gelas, terdapat saringan kopi dan kopi bubuk kasar. Pelayan kemudian menuangkan air panas di atas kopi bubuk. Setelah melewati saringan, tetesan kopi berwarna hitam mengucur bercampur susu. Proses ini berlangsung sekitar dua menit. “Jadi ini bukan kopi Vietnam, namun disajikan dengan gaya Vietnam,” jelas dia.