Suara.com - Kota Tua, Jakarta Barat, memang telah menjadi magnet tersendiri untuk para wisatawan yang datang ke Ibu Kota, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
Di sini, wisatawan dapat menelusuri 'saksi bisu' kejayaan Batavia pada masa lampau melalui sisa-sisa bangunan dan deretan museum yang begitu menarik.
Kunjungan ke Kota Tua pun semakin nyaman karena pembenahan yang terus dilakukan oleh Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta.
Setelah puas mengelilingi kawasan ini, cobalah untuk melepas lelah di sebuah kedai unik, yang berada di tengah kawasan Kota Tua. Kedai dengan bangunan yang cukup 'eye catchy' ini memang akan menarik siapapun yang mengunjunginya.
Bertuliskan 'Kedai Seni Djakarte', bangunan bergaya kolonial ini didominasi dengan paduan warna putih dan hijau tua. Di pelatarannya terdapat deretan kursi yang nyaman bermaterial kayu.
Masuk ke bagian dalam beberapa pasang meja dan kursi bernuansa 'vintage' menghiasi ruangan kedai berlantai dua ini. Alunan musik indie dari negeri sendiri menjadi latar belakang para tamu yang datang.
Mulanya kantor asuransi zaman Belanda ...
Mulanya Kantor Asuransi Zaman Belanda
Suasana yang nyaman dan 'homey' nampaknya memang begitu ditonjolkan oleh si pemilik kedai. Namun menurut Susi Ratnawati, untuk membuat bangunan asli Belanda ini menjadi seperti sekarang, bukanlah hal yang mudah.
Ia pun bercerita, bahwa Kedai Seni Djakarte tadinya merupakan sebuah kompleks bangunan kantor bernama Batavia Zee en Brand Assurante Mij atau kantor asuransi pada zaman Belanda yang dibangun pada 1913.
Setelah kemerdekaan, bangunan-bangunan di kawasan ini lantas diambil alih oleh perseorangan. Salah satunya adalah keluarga dari suami Susi. Sekian lama gedung dibiarkan kosong, ia mengaku pada 2012 mendapat teguran dari Pemda DKI Jakarta.
"Dulu ini sudah hampir ambruk, atapnya habis. Di tahun 2012 akhirnya kita dikirimkan surat teguran dari Pemda DKI Jakarta. Mereka bilang, kalau bangunan ini tidak mau diurus, biar mereka yang ambil alih. Mulai dari sana kita renovasi dan bikin kedai ini," kisah Susi.
Nama kedai sengaja ia gunakan untuk menghadirkan kesan yang nyaman, tak kaku dan diharapkan semua orang tak ragu untuk datang ke sini. Hingga saat ini, Kedai Seni Djakarte pun berdiri dan menjadi persinggahan setiap wisatawan yang datang setelah puas menjelajahi kawasan Kota Tua.
Sajikan menu Indonesia ...
Sajikan Menu Indonesia
Makanan dan minuman yang dihadirkan pun cukup beragam. Di sini, kita bisa menemukan makanan khas Indonesia yang lezat. Mulai dari sop buntut, iga bakar, sate ayam, soto betawi hingga nasi bakar.
Untuk memanjakan perut setelah seharian berjalan, saya pun memesan hidangan favorit di sini, yakni Nasi bakar ikan asin seharga Rp25 ribu. Harumnya nasi bakar langsung menusuk saat hidangan itu disajikan di depan saya.
Nasi bakar ikan asin disajikan bersama tempe dan tahu goreng, serta sambal terasi. Aroma nasinya begitu kuat saat masuk ke dalam mulut. Ditambah dengan potongan-potongan kecil ikan asin dan cocolan sambal terasi, menambah kelezatan dan nafsu makan.
Hidangan nasi bakar ini tersedia dalam dua jenis, yakni nasi bakar ikan asin dan nasi bakar ayam yang sama-sama menggoda selera, tergantung dengan kesukaan Anda.
Untuk minumannya, Kedai Seni Djakarte memiliki minuman unggulan yang dinamakan es toples dengan tiga varian rasa, yakni sirsak, kiwi dan anggur. Untuk menghilangkan dahaga, saya pun memesan es toples anggur.
Satu buah minuman segar yang disajikan dengan toples, seperti namanya, datang siap diminum. Di dalamnya terdapat lima buah anggur yang membuat minuman ini semakin istimewa.
Rasa manis dan asam bercampur menjadi rasa yang sangat segar. Cocok untuk diminum saat siang hari.
Ada oleh-oleh khas Jakarta ...
Ada Oleh-oleh khas Jakarta
Bukan tanpa alasan kedai berkapasitas 120 orang ini mengambil nama 'seni' di tengah namanya.
Susi menuturkan bahwa sebenarnya ide awal penggunaan bangunan ini ialah untuk sebuah galeri. Mengapa? Karena sang suami seorang seniman.
"Tapi karena yang cepat mutarnya itu tempat makan, akhirnya kita hidupkan dulu kedainya. Dari awal memang ada keinginan membangun hal yang berbau seni di sini," kata dia.
Untuk mewujudkan hal tersebut, ia pun menjual banyak cinderamata tentang Jakarta. Untuk sementara ini, ia menggandeng beberapa Usaha Kecil Menengah (UKM) yang menitipkan barang produksi mereka ke Kedai Seni Djakarte.
"Souvenir dipilih karena kita sadar, orang kalau ke Jakarta itu cari oleh-oleh susah, apalagi orang luar. Makanya kita mau sediain itu," tambahnya.
Tempat yang nyaman serta kisaran harga makanan dan minuman yang tak lebih dari Rp50ribu, menjadikan alasan mengapa banyak orang yang bersedia mampir ke tempat ini.