Menimba Ilmu di Prancis
Namuan jalan panjang yang dilalui waria ini tak selalu mulus seperti kain sutera. Ia mengaku kerap mendapatkan perlakuan diskriminatif dari masyarakat sekitar yang belum bisa menerima keberadaan para waria seperti dirinya.
"Kami mendapat diskriminasi dari dulu sampai sekarang. Bahkan kami sempat diserang salah satu kelompok massa yang membawa embel-embel agama. Kenapa orang menganggap kami sampah, padahal sebagai warga negara kami juga punya hak yang sama untuk diperlukan selayaknya," bebernya.
Dengan bergabung ke dalam Forum Komunikasi Waria Indonesia (FKWI), Lucky mendapatkan secercah harapan untuk bangkit menjadi manusia yang lebih baik. Dari pertemuan dengan Yulianus Rettoblaut SH, MH., atau yang kerap dipanggil Mami Yuli, Lucky menemukan harapan hidupnya.
Berbekal wejangan dari Ketua FKWI ini, Lucky memutuskan hijrah ke Prancis untuk menimba ilmu sebagai Make Up Artist selama tiga tahun. Ia yakin bahwa diskriminasi terhadap dirinya dan waria lainnya bisa diberangus lewat prestasi yang mereka ukir.
Dari pengembaraan itulah, kini Lucky merintis usaha salon yang diberi nama Bunda Salon di daerah Tambak, dan Matraman.
Ia juga aktif memberikan pelatihan kepada teman waria dan ibu-ibu warga di sekitar salonnya untuk diberi pelatihan merias dan salon lalu direkrut menjadi karyawannya. Setelah piawai, mereka pun dipersilakan untuk membuka usahanya sendiri.
Kini ia bersama Forum Komunikasi Waria Indonesia aktif memotivasi waria lainnya untuk unjuk gigi dengan bakat yang mereka miliki.
“Saya berharap waria tidak lagi dianggap sebagai sampah. Mudah-mudahan saja ke depan saya bisa membuka usaha-usaha lain agar bisa menampung waria -waria untuk mengembangkan keterampilan mereka," ujarnya penuh harap.
Kisahnya meraih Miss Waria Hukum dan HAM ...