Suara.com - Dua anak muda berani banting setir dari profesi mapan yang dimilikinya. Mereka mengembara di pelosok Indonesia untuk melakukan perubahan kecil nyata melalui komunitas Baraka Nusantara yang diprakarsainya.
Ya, Siti Maryam Rodja rela meninggalkan profesinya sebagai peneliti hukum demi meningkatkan kesejahteraan petani kopi di desa Sembalun, Lombok. Sahabatnya, Reman Murandi pun tak kalah nekat dalam mengakhiri pekerjaannya di salah satu perusaahan pertambangan di Queensland, Australia.
Kemapanan dan menetap di luar kampung halaman justru membuat mereka berpikir mengapa Indonesia dengan segala potensinya tak bisa lebih baik dari negara lain.
Maryam yang memang memiliki pengalaman dalam mendampingi petani akhirnya terlintas ide untuk mengangkat kesejahteraan petani kopi di kaki gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Menurut risetnya, ia menyimpulkan bahwa kopi merupakan komoditas kedua terbesar di Indonesia.
Sayangnya sebagai pecinta kopi, mereka pun tak paham betul berapa banyak jenis kopi yang dihasilkan di Indonesia. Lombok, sebagai pulau dengan tanah vulkanik yang terkenal subur untuk ditumbuhi kopi, tak terdengar gaungnya.
"Awalnya dari pembicaraan kita berdua tentang kopi. Kita tahunya kopi itu arabika dan robusta, tapi kenapa Lombok yang bertetangga dengan Bali dan Flores tidak pernah terdengar mengenai jenis kopi yang dihasilkan, dari sini kita terpikir untuk riset lebih jauh tentang kopi lombok," ujar Maryam mengawali cerita.
Bak gayung bersambut, dalam perjalanan mengeksplorasi Lombok, Maryam dan Reman bertemu dengan dua petani yakni Pak Wathan dan Edison yang sangat mendukung niatan mereka. Mereka pun bersemangat untuk mendirikan komunitas Baraka Nusantara, yang berarti Berkah Nusantara.
"Jadi melalui komunitas ini kita ingin kembali menghidupkan potensi kopi yang selama ini mati suri di Lombok. Jika pertanian kopi ini kembali menggeliat maka yang merasakan dampaknya juga masyarakat di Desa Sembalun," imbuh Maryam.
Program yang dijalankan Baraka Nusantara pun menuai hasilnya. Sejak tertuang sebagai ide pada Mei 2013, kopi yang dipanen oleh petani sembalun kini sudah dikenal dengan nama Kopi Pahlawan.
Kopi dari panen perdana ini bahkan telah mendapat acungan jempol dari para penikmat kopi pada berbagai pameran kopi.
"Jadi kopi Pahlawan ini awalnya diperkenalkan pada charity event yang diselenggarakan ABCD Coffee Pasar Santa. Dan ternyata tanggapan dari pengunjung dan penikmat kopi sangat positif sekali," ujarnya bersemangat.
Tak hanya mendampingi petani kopi, komunitas yang terdiri dari pecinta kopi dan mereka yang peduli terhadap permasalahan sosial ini juga memiliki program lain yakni dengan mendirikan Rumah Belajar Sankabira.
Maryam menggambarkan potret miris dari sebuah sekolah yang berlokasi di kecamatan Sembalun, Lombok. Bahkan mungkin tak layak menyandang gelar sekolah.
Tidak ada fasilitas memadai sebagai sarana belajar mengajar, hingga penerapan kurikulum yang masih jauh dibawah mereka yang tinggal di kawasan perkotaan.
"Bayangkan saja, ruang kelas mereka masih berdinding anyaman bambu, nggak ada kursi apalagi meja. Bahkan buku-buku yang dipakai masih dari lungsuran tahun-tahun sebelumnya," katanya.
Untuk itulah melalui armada Baraka Nusantara yang didirikannya, Maryam dan Reman pun menjaring teman-temannya demi membangun pusat ilmu pengetahuan yang layak di desa Sembalun.
"Jadi keuntungan dari kopi Pahlawan juga kita bagi untuk biaya pembangunan Rumah Belajar ini. Penggalangan dana dari teman-teman komunitas juga kita tampung. Intinya kami saling tolong menolong seperti arti dari Sankabira itu sendiri," imbuhnya.
Salah satu anak muda yang turut terlibat dalam program Baraka Nusantara adalah Nino Prabowo. Penyanyi besutan Indonesian Idol 2005 ini aktif terlibat dalam kegiatan yang dimotori Komunitas Baraka Nusantara.
"Gue suka banget sama energi mereka. Dari apa yang mereka lakukan di Komunitas ini gue percaya bahwa uang itu memang penting, tapi lebih penting lagi bisa membuat sesuatu yang berguna buat banyak orang. Feel-nya jelas beda," ujar lelaki dengan nama lengkap Wisnu Yoga Prabowo ini.
Hingga kini anggota komunitas ini telah berjumlah ratusan orang. Biasanya mereka berkumpul pada berbagai pameran kopi yang diselenggarakan rutin setiap tahunnya.
Ke depan, Maryam berharap, ia bisa membuat perubahan nyata di pelosok Indonesia lainnya melalui bahtera Baraka Nusantara.