Suara.com - Phurba Tashi Sherpa masih ingat setik-detik gempa di Nepal 7 bulan lalu. Dia meratapi kantor jasa pendakian yang dia bangun sepanjang hidupnya yang kini berusia 44 tahun.
Sherpa adalah salah satu pengusaha jasa pendakian dan juga pendaki terbaik di Nepal. Sudah 21 kali dia menemani klien asing yang kaya untuk mendaki sampai puncak Gunung Everest.
Namun pondok, rumah dan restoran Sherpa hancur karena gempa hebat April lalu. Dia mengeluhkan respon pemerintah lambat. Padahal miliaran dolar bantuan dari barat mengalir.
Sherpa bercerita, sekarang pebisnis jasa pendakian gulung tikar dan belum bangkit. Mereka pensiun. Kalau pun ada yang masih bertahan, mereka memberhentikan kebanyakan stafnya karena persoalan pendapatan.
Sekarang infrastruktur pendakian di Everest hancur. Diprediksi sepanjang 2016 besok bisnis ini masih suram. Karena pasokan bahan bakar dan peralatan dari India terhenti karena blokade perbatasan.
"Semua yang saya bekerja untuk dihancurkan dalam satu menit," kata Sherpa. Rumah Sherpa ada di 23.000 kaki atau 7.000 meter di atas permukaan laut.
Sebelumnya gempa bumi itu menewaskan hampir 9.000 orang di pondoknya. Kebanyakan mereka tengah tertidur. (Reuters)