Dia yang Gigih Membela Buruh Migran

Esti Utami Suara.Com
Sabtu, 19 Desember 2015 | 19:47 WIB
Dia yang Gigih Membela Buruh Migran
Malam puncak peringatan Hari Buruh Rantau Sedunia pada Jumat (18/12) malam. (Dok. Migrant Care)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Lembaga pembela hak buruh rantau Indonesia, Migrant CARE, dalam acara puncak peringatan Hari Buruh Rantau Sedunia pada Jumat (18/12/2015) malam menganugerahi penghargaan tahunan kepada mendiang Darmiyanti Muchtar sebagai pelopor gerakan pembela perempuan buruh rantau Indonesia.

Penghargaan tahunan itu diberikan di gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta. Penganugerahan itu bertepatan dengan 25 tahun Konvensi Buruh Rantau.

Darmiyanti Muchar (53), yang juga dikenal dengan nama lebih singkat Yanti Muchtar, meninggal pada 17 November 2015. Direktur Eksekutif Migrant CARE, Anis Hidayah, mengenang Yanti Muchtar sebagai guru.  

"Perspektif feminisme sebagai cara pandang, membongkar dan meyakinkan kita semua bahwa persoalan buruh rantau adalah persoalan ketidakadilan gender sejak dalam pikiran pembuat kebijakan. Hal itu menjadi gamblang mengapa persoalan ini seolah langgeng, karena tidak satu pun kebijakan migrasi kita berperspektif adil gender," katanya.

Sementara itu, Kamala Chandra Kirana, mantan Ketua Komnas Perempuan, mengingat Yanti Muchar sebagai sosok pembawa perisai perjuangan kesetaraan dan keadilan.

"Kesetiaan pada nilai dan hakikat perjuangan adalah pijakan berdiri tak tergoyahkan bagi Yanti. Kepemimpinan Yanti adalah teladan bagi kita: berjalan di samping semua yang haknya ia perjuangkan setiap hari," katanya seperti dikutip dari keterangan tertulis Migrant CARE.

Yanti Muchtar adalah seorang aktivis perempuan pionir gerakan advokasi buruh migran (PRT Migran) sejak akhir dekade 1980-an. Ia tercatat sebagai salah satu inisiator kampanye ratifikasi Konvensi Internasional untuk Perlindungan Hak Buruh Migran dan Anggota Keluarganya sejak tahun 1995 dan konsisten menggunakan perspektif feminis untuk mengkaji dan merumuskan langkah-langkah pemajuan buruh migran, terutama PRT migran Indonesia.

Yanti adalah salah satu pendiri organisasi Solidaritas Perempuan dan beberapa organisasi lain yang membela hak-hak perempuan, terutama mereka yang bekerja sebagai buruh migran.

Dalam keterangan tertulisnya Migrant CARE, menyebut pada masa transisi kejatuhan Soeharto, Yanti Muchtar melanjutkan studinya di Universitas Murdoch, di Perth, Australia, dan meneliti dinamika gerakan perempuan. Salah satu hasil risetnya menggarisbawahi besarnya peranan gerakan perempuan dalam membangun gerakan buruh migran dan langkah-langkah advokasinya.

Menurut salah satu sahabatnya di Universitas Murdoch, Amalia K. Wardini, Yanti Muchtar--yang kala itu sedang menempuh pendidikan S3--mendapat vonis kanker pada Februari 2015. Yanti sempat menjalani operasi pengangkatan rahim namun kondisi terus menurun sejak Oktober.

"Yanti Muchtar sangat pantas menerima penghargaan ini, sebagai perhatiannya kepada orang sangat besar tanpa memilih-milih dalam membantu. Komitmennya membela nasib buruh migran Indonesia sangat kuat, perjuangannya total dan konsisten," ujar Amalia.

Penghargaan Migrant CARE pertama diberikan kepada Presiden Gus Dur pada 18 Desember 2010, atas perjuangannya melancarkan diplomasi melindungi buruh migran perempuan Indonesia yang terancam hukuman mati di Arab Saudi. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI