Sebagai negara kepulauan yang memiliki kekayaan ragam budaya tak terhingga, Indonesia merupakan tempat tinggal 250 juta jiwa yang sangat heterogen. Hal ini menjadi tantangan bagi generasi muda untuk meresapi toleransi untuk menerima keberagaman.
Untuk menanamkan sikap toleransi pada generasi muda, sekumpulan anak muda yang menjunjung tinggi toleransi dalam perbedaan menginisiasi lahirnya gerakan Sabang Merauke (Seribu Anak Bangsa Merantau untuk Kembali) pada 2013 lalu.
Gerakan ini memiliki program pertukaran pelajar antardaerah dengan tujuan membuka cakrawala anak-anak Indonesia dalam memahami pentingnya pendidikan bagi masa depan mereka dan merasakan Indonesia seutuhnya.
Salah satu pendirinya, Ayu Kartika Dewi menceritakan mengenai asal mula lahirnya komunitas ini. Ia mengaku pernah mengikuti program pertukaran pelajar, dan merasakan manfaat dari merantau yang dapat membuka cakrawalanya.
"Sebagai perantau kami adalah minoritas, tapi dengan pengalaman ini kami justru lebih toleran. Hidup jauh dari rumah membuat kami harus menerima perbedaan, dan hal itu yang ingin kami tanamkan melalui gerakan ini," ujar Ayu pada temu media beberapa waktu lalu.
Di sepanjang program, lanjutnya, anak-anak dari berbagai daerah akan mengunjungi tempat-tempat yang berbeda dan mendapatkan materi yang beragam.
"Mereka akan berkesempatan mempelajari hal-hal baru yang mungkin belum pernah mereka temukan di daerah asal. Sehingga ketika kembali lagi ke daerahnya mereka bisa berbagi pengalaman dan pengetahuan di lingkungannya," imbuh Ayu.
Program pertukaran anak bangsa ini yang dilakukan selama dua minggu setiap angkatan, akan menjunjung tiga visi utama yakni toleransi, pendidikan, dan ke-Indonesiaan. Di daerah tujuan, Anak Sabang Merauke (ASM) ini akan tinggal dengan keluarga angkat yang memiliki perbedaan dengan dirinya, dalam wujud agama, suku, maupun ras.
"Misalnya ASM yang beragama Islam nanti akan tinggal bersama dengan keluarga yang menganut agama lain, atau sebaliknya. Bisa juga ASM yang berasal dari Papua nanti tinggal bersama dengan keluarga dari suku Jawa. Di sinilah mereka akan belajar untuk toleransi," jelas Ayu.
Ayu juga mengakui bahwa tak semua anak-anak Indonesia memiliki kesempatan untuk tinggal dan hidup di daerah perkotaan. Melalui program pertukaran inilah Gerakan Sabang Merauke memberikan kesempatan kepada anak-anak Indonesia di berbagai penjuru untuk mendapatkan pengalaman tersebut.
Lalu siapa yang bisa mengikuti program ini? Ayu mengatakan bahwa Sabang Merauke bisa diikuti pelajar SMP di seluruh pelosok Indonesia, kecuali daerah Jabodetabek.
"Kenapa selain Jabodetabek, karena umumnya daerah tujuan yang menjadi pusat program ini berada di Jabodetabek. Mereka juga tidak akan asing dengan kondisi lingkungan disini," ujar Ayu memberikan alasan.
Anak-anak yang mendaftar nantinya akan diseleksi untuk terjaring sebagai peserta dan mengisi liburan sekolahnya selama dua minggu di daerah tujuan. Menariknya lagi, ASM yang terpilih akan mendapatkan kesempatan bertemu pemimpin daerah dan tokoh besar di dunia pendidikan.
"Program pertukaran tahun ini agendanya ASM bertemu Pak Ahok dan Pak Anies Baswedan. Kita juga ajak anak-anak mengunjungi kawasan sejarah seperti Kota Tua, kunjungan ke Universitas, Museum, dan tempat-tempat menarik di Jakarta," pungkas Ayu.
Bagaimana, apakah Anda tertarik mendaftarkan putra-putri Anda dalam program yang diinisasi Sabang Merauke? Kunjungi akun twitter mereka di @SabangMeraukeID untuk mendapatkan informasi seputar kegiatan mereka. Atau, bagi Anda yang tertarik bergabung sebagai relawan maupun keluarga angkat ASM, Sabang Merauke juga masih membuka pendaftaran.