Babeh Minin, Kisah Lelaki Penjaga Ondel-ondel

Esti Utami Suara.Com
Kamis, 17 Desember 2015 | 14:12 WIB
Babeh Minin, Kisah Lelaki Penjaga Ondel-ondel
Kelompok kesenian ondel-ondel. (Antara/ Arief Firmansyah)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Melestarikan budaya Betawi tak mengenal umur, seperti halnya seorang pria lanjut usia bernama Minin yang berdagang beragam ikon Betawi di kawasan wisata Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.

Jika hampir seluruh pedagang di Setu Babakan menjajakan makanan, laki-laki yang biasa dipanggil Babeh Minin itu memilih untuk berjualan ondel-ondel, film-film, dan lagu-lagu Betawi.

Berbagai judul film yang diperankan legenda Betawi Benyamin Sueb terpajang di toko Babeh Minin bersama beragam judul film jago silat dari Betawi, Si Pitung. Lagu-lagu jenaka khas Bang Ben pun selalu mengalun di toko itu.

Meski ia berdagang, Babeh Minin kadang mengenyampingkan keuntungan demi menyambung keberlanjutan budaya Betawi. Ia bercerita, beberapa kali menjual rugi ondel-ondelnya kepada sejumlah orang yang juga memiliki visi sama dalam melestarikan Betawi.

Ondel-ondel yang dijajakannya beragam ukuran, mulai dari sepasang miniatur seharga Rp100 ribu, tinggi satu meter Rp2 juta, hingga di atas dua meter yang berkisar di antara Rp5-8 juta sepasang.

"Pernah ada orang yang dateng mau beli ondel-ondel yang 'gede' tapi cuma ada uang Rp2 juta, ya udah saya kasih. Asalkan digunain buat sanggar, bukan buat 'ngarak'," kata dia.

Ia menuturkan, pernah ditipu oleh pembeli yang mengaku memiliki tak cukup uang untuk membeli ondel-ondel besar untuk keperluan sanggar Betawi sehingga Babeh Minin menjual rugi ondel-ondelnya.

Namun belakangan diketahui, ondel-ondel tersebut digunakan untuk mencari uang di jalanan. "Ngga taunya dibuat 'ngarak', akhirnya ketabrak mobil," kisah Minin.

Lain yang tua, lain yang muda. David Nurbianto, salah satu stand up comedian dari Jakarta bisa dibilang sebagai komedian Betawi muda nan langka di antara para seniornya. Mengikuti ajang kompetisi stand up comedy, David mengangkat Betawi dengan berbagai kegelisahannya untuk menjadi persona yang menempel pada dirinya.

David mencoba melawan kesan tentang orang Betawi sebagai kaum yang terlempar dari Jakarta, anak Betawi yang malas dan hanya berprofesi sebagai pekerja rendahan, seperti tukang parkir, pengojek, tukang palak, dan budya Betawi yang mulai menghilang tertelan zaman.

"Bahwasanya ada 'image' Betawi yang masih segar, yang mengangkat kembali budaya yang dulu dengan kekiniannya. Budaya Betawi sekarang ada di tangan anak-anak muda yang kekinian, ada di tangan anak-anak muda yang nggak norak, nggak kampung, yang 'smart', yang semangat untuk berlatih memberi pertunjukan yang baik ke masyarakat dan pesan-pesan untuk untuk terus junjung budaya Betawi," kata dia. (Antara)




BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI