Asyiknya Menyusuri Kebun Kopi di Bali

Esti Utami Suara.Com
Minggu, 13 Desember 2015 | 16:35 WIB
Asyiknya Menyusuri Kebun Kopi di Bali
Ilustrasi kebun kopi di Bali. (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Jalan-jalan ke Bali, bukan hanya tentang pantai ataupun pura. Beberapa tahun belakangan makin banyak wisata alam yang ditawarkan di Bali. Salah satunya adalah menyusuri kebun kopi di bukit Kintamani.

Kintamani, nama ini terdengar begitu eksotik. Dan rasa eksotik itu juga tercecap dalam perjalanan menyusuri jalan berliku menuju bukit Kintamani sebelum mencapai Gunung dan Danau Batur.

Ditemani hawa segar pegunungan dengan suhu udara berkisar 18 derajat celcius, mata saya tak bosan menikmati lanskap hijau di pinggir jalan. Kebun jeruk yang siap petik, dengan buahnya yang menguning. Hhhm, menggoda.

Di sela perjalanan itulah, kami mampir ke kebun kopi "Shanti" di Tampak Siring, Gianyar. Sepetak kebun yang teduh langsung menyambut kami dalam kunjungan itu. Made, pengelola yang bertugas hari itu, langsung menerangkan beberapa jenis tanaman yang tumbuh di sana.

Mulai dari tanaman coklat, serai, cengkeh bahkan buah nangka tak luput dari penjelasannya. Rombongan saya yang kebanyakan datang dari negara Eropa, tampak antusias mendengarkan penjelasan Made.

Tapi kami menyimpan pertanyaan yang sama, di mana kebun kopinya? Ternyata cerita kopi itu tersaji setelah episode kebun kecil ini.

Proses penjemuran biji kopi. (shutterstock)

Tak lama setelah melewati jalan berkelok, tersaji di depan kami sebuah kios yang menjual berbagai produk kopi dan minuman herbal. Tak ketinggalan, dapur tradisional untuk memproses kopi lengkap dengan musang binatang omnivora yang menghasilkan kopi luwak yang terkenal itu.

Selesai mendengarkan penjelasan singkat tentang proses produksi kopi secara tradisional, Made menuntun kami ke sebuah dangau yang menghadap langsung ke hamparan kebun kopi. Wangi bunga kopi yang sedang mekar menyapa hidung kami.

Tapi sensasi ini tak berlangsung lama, karena bau itu segera tergantikan oleh aroma aneka minuman herbal produksi lahan pertanian itu. Di atas nampan kecil, tersaji beberapa minuman herbal. Teh serai, jahe merah, kunyit asam, bajigur khas Bali atau kopi. Semua bisa dicoba, gratis!

I Wayan Suardana yang merintis usaha ini sejak beberapa tahun lalu, hanya menarik bayaran untuk secangkir kopi luwak. Harganya juga tak mahal di bawah Rp50 ribu per cangkir.  Hhmm, menyesap kopi di tengah kebun kopi terasa begitu nikmat. Jadi cobalah mampir ke sini, jika kebetulan berkunjung ke Bali.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI