Ketika Masakan Padang Naik Kelas

Jum'at, 11 Desember 2015 | 14:05 WIB
Ketika Masakan Padang Naik Kelas
Beragam menu Masakan Padang yang ditawarkan Marco Padang Peranakan. (Suara.com/Dinda Rachmawati)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Siapa yang tak suka Masakan Padang? Kuliner khas Sumatera Barat ini begitu populer di nusantara, bahkan mancanegara.

Nah, bagi kamu yang gemar Masakan Padang, cobalah datang ke restoran satu ini, Marco Padang Peranakan, yang baru saja buka di Street Gallery Pondok Indah Mall (PIM), Jakarta Selatan.

Selain di PIM, Restoran Padang ini memiliki empat outlet yang tersebar di Jakarta, seperti Pacific Place, Setia Budi One, Plaza Indonesia dan Lotte Shopping Avenue.

Dilihat dari tempatnya, Marco Padang Peranakan, nampaknya ingin mengangkat masakan Padang ke level yang lebih tinggi. Ini juga terbukti dari beberapa keunikan yang dimilikinya.

Memasuki restoran yang baru saja diresmikan pada awal Desember lalu ini, saya langsung tertarik pada desain interior berkonsep “Kasual Padang Peranakan Kolonial”. Tak seperti rumah makan Padang kebanyakan, di sini kita akan dimanjakan dengan suasana kolonial yang cukup kental.

Dindingnya dibiarkan tak diplester dengan bata merah terbuka. Beberapa lagi hanya dibiarkan dilapisi semen berwarna abu-abu yang khas.

Dinding-dinding ini dihiasi oleh daun jendela khas masa penjajahan dulu. Beberapa jendela ini juga dibuat sebagai frame lukisan unik yang menjelaskan beberapa bahan utama yang digunakan di Marco Padang Peranakan, seperti sapi dan ayam.

Resep turun menurun

Resep Turun Menurun
Di sudut restoran, lukisan besar di dinding menggambarkan suasana perumahan. Lukisan full color ini senada dengan meja dan kursi yang berwarna-warni di sini. Suasananya memang cukup meriah dan membuat siapapun nyaman berada di sini.

Mendengar nama "Marco Padang Peranakan" mungkin kita akan langsung berpikir bahwa masakan di restoran ini dipengaruhi oleh budaya Cina. Namun ternyata, kata Chef Marco Lim, pemilik rumah makan ini, peranakan di sini justru menjelaskan keotentikan rasa dari masakan Padang di sini.

"Peranakan karena memang saya ini peranakan Minang asli. Waktu kanak-kanak saya sering membantu ibu memasak, baik itu untuk acara besar maupun untuk makanan di rumah sehari-hari. Jadi, tertarik sekali dengan masakan Padang yang begitu kaya. Makanya saya punya ide untuk membuka restoran Padang," ujar Chef Marco beberapa waktu lalu.

Keotentikan dalam setiap sajian Marco Padang Peranakan adalah fokus utama bagi Chef Marco. Demi menjaga hal tersebut, ia pun rela untuk belajar di tanah Minang selama bertahun-tahun lamanya.

Resep-resep yang digunakan pun telah dipakai secara turun temurun. Karena kebanyakan merupakan resep keluarga, beberapa menu mungkin jarang kita temui di restoran Padang lainnya.

Dalam hal bumbu dan bahan segar pun, restoran ini mendatangkan langsung dari daerah asalnya, mulai dari cabai hingga beras Solok atau yang dikenal sebagai "Bareh Solok". Setidaknya untuk mendapatkan rasa otentik, Marco mengatakan 80 persen bahan bakunya harus 'diimpor' dari Padang.

Bumbu asli dari Padang

Bumbu Asli dari Padang
Untuk membuktikan keotentikan ini, saya pun memesan Randang Itam Kayu Bakar. Aromanya begitu kuat, seakan masuk hingga ke dalam paru-paru. Rasanya tak sabar untuk segera menghabisinya.

Seperti namanya rendang di sini dimasak dengan tungku kayu bakar dan terus menerus diaduk selama 8 jam.

Tak heran jika aroma yang dihasilkan begitu kuat dan warnanya hitam pekat. Rendang di sini merupakan rendang hasil dari kreasi Chef Marco yang mengawinkan karakter rendang yang berbeda di beberapa daerah di Padang.

Makanan yang menjadi World’s 50 Most Delicious Foods 2011 ini merupakan menu yang wajib ada di rumah makan Padang. Randang Itam di sini tidak terlalu pedas, dan cenderung manis yang dihasilkan dari pengolahan kelapa dan santan.

Selain itu, saya pun mencicipi Soto Padang khas Marco Padang Peranakan. Rasanya begitu nikmat dengan aroma kuat dari rempah olahan yang didatangkan langsung dari Padang.

Disajikan di wadah unik berbahan perunggu untuk menjaga temperatur agar suhunya tahan lama. Dalam sekejap daging garing, perkedel, dan paru renyah, langsung masuk ke dalam perut saya.

Untuk hidangan ikan, saya pun memutuskan untuk mencicipi Barramundi Panggang Pacak. Ikan ini dipanggang dengan dibaluri dan ditepuk-tepuk pelan dengan bumbu racikan Chef Marco secara terus menerus.

Tak heran jika rasanya meresap hingga ke dalam. Manis dan pedas begitu mendominasi rasa masakan ini. Selain ketiga makanan berat tersebut, di sini kita juga bisa menemukan Pete Kacamata yang merupakan resep keluarga Chef Marco.

Di mana pete diiris tipis bersama dengan kulitnya yang kemudian memiliki bentuk mirip sebuah kacamata dan diberi tumbukan halus cabai pesto merah.

Tak perlu ragu untuk menyantap hidangan pete satu ini, karena rasanya berbeda dari hidangan pete lain. Bahkan tak terasa jika saya sedang memakan pete, karena aroma menyengatnya tak ada.

Ragam Menu Otentik Masakan Padang
Secara keseluruhan, saya begitu puas menyantap makanan di restoran satu ini. Ada rasa berbeda yang tak saya temukan di restoran Padang lainnya.

Mungkin ini karena karakter cabai Padang unik, yang tidak bisa ditemukan pada cabai yang tumbuh di Pulau Jawa. Rasa pedas cabai Padang seperti menetas di mulut saat dikunyah, namun setelah memakannya, rasa nya tidak tertinggal lama.

Atau kunyit dari Padang, misalnya, cuma butuh satu sendok makan untuk mendapatkan rasa yang dicari. Sedangkan menggunakan kunyit di pasar Jakarta, Marco harus menggunakan tiga sendok makan kunyit untuk mendapatkan rasa yang dicari.

Begitu pun dengan nasi khas yang disajikan di setiap makanan beratnya. Setiap masakan ini memang cocoknya disandingkan dengan beras pera khas Minang, ini dikarenakan kebanyakan masakan Padang berkuah dan berminyak, sehingga saat dimakan dengan "Bareh Solok" ini begitu menambah kelezatannya.

Nah, untuk minumannya, ada Es Kopi Padang yang kopinya didatangkan langsung dari tanah kelahiran Siti Nurbaya itu. Kopi ini disajikan dengan gelas wine yang begitu mewah.

Mungkin ini akan menjadi pengobat kerinduan masyarakat perantau yang dikenal memiliki kebiasaan minum Es Kopi di tempat asalnya.

"Untuk menemani minum kopi atau teh, kami juga menyajikan jajanan tradisional yang dibawa langsung dari Padang atau dibuat sendiri oleh kami, seperti Martabak Kelapa yang renyah," kata Marco.

Ragam menu otentik masakan Marco Padang Peranakan lain adalah Gulai Kambing, Ayam Lado Ijo, Es Durian Sumatera, Nasi Sayo, Bebe' Lado Ijo, Dendeng Batokok, hingga Ikan Bilih Asok.

Jadi, tertarik untuk mencicipi masakan Padang yang 'Lamak Bana' ini? Makanan di Marco Padang Peranakan hadir mulai dari harga Rp28 ribu hingga Rp200 ribu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI