Disadari atau tidak, film erotis telah begitu banyak mempengaruhi cara hidup kita sehari-hari ketimbang apa yang kita akui. Psikolog forensik dari Australia, Dr Russell Pratt mengatakan pornografi telah mempengaruhi bagaimana orang berperilaku, seperti misalnya laki-laki mencukur bulu kemaluan mereka serta jenis aktivitas seksual yang 'diterima' di atas tempat tidur.
Pratt mengatakan, pada anak-anak yang telah terpapar film porno di bawah usia 12 akan cenderung memiliki jumlah pasangan seksual yang lebih banyak saat mereka mencapai usia dewasa.
Berbicara kepada news.com.au menjelang pemutaran "Australia on Porn", Pratt mengatakan bahwa Australia berada di peringkat ketujuh di dunia untuk kebiasaan menonton film erotis.
"Tidak adanya bulu kemaluan pada mereka yang berusia di bawah usia 30 atau bahkan 40, adalah akibat nyata dari industri film porno," kata Pratt sambil menambahkan, fakta ini menunjukkan bahwa kebiasaan melihat film porno sudah begitu luas dan menjangkau banyak orang.
Beberapa penelitian, ujarnya, juga mengindikasikan industri film porno benar-benar menyetir kehidupan seksual banyak remaja di Australia. Seks anal menurutnya juga didorong oleh industri pornografi.
"Benar-benar sulit untuk menemukan film porno tanpa itu (seks anal,red)," ujarnya.
Pratt mengatakan film erotis yang mengekspos anak juga tak kalah merusak. Dia menjelaskan ada bukti yang menunjukkan anak-anak yang telah terpapar pornografi di bawah usia 12 lebih cenderung memiliki jumlah pasangan seksual yang lebih bnayak saat mereka mencapai usia dewasa.
Anak yang melihat film porno sebelum memasuki usia pubertas, juga akan terpengaruh otak mereka.
Sejumlah penelitian mengungkap, ketika orang menonton film porno, otak akan merilis dopamin bersama dengan protein yang disebut DeltaFosB.
"Setiap kali zat ini dirilis, dan kemudian terakumulasi hingga mencapai titik tertentu maka akan menyebabkan saklar genetik di otak. Akan ada perubahan kimia di otak," katanya.
Pornografi memiliki potensi untuk membuat seseorang kecanduan dengan cara yang sama dengan alkohol atau obat-obatan bekerja.
"Meminta seseorang untuk berhenti (menonton film porno) tidak benar-benar membantu. Mereka akan selalu memiliki pemicu. Mereka akan selalu pecandu. Jadi melarang mungkin satu-satunya cara yang efektif," ujarnya.
Pratt yang telah meneliti efek psikologis dan neurologis dari menonton film porno, menjelaskan film porno telah berubah secara dramatis selama empat dekade terakhir. Perkembangan teknologi internet juga membuat film porno makin mudah diakses sehingga makin banyak orang yang terpapar film porno.
Dan sebagai hasilnya persepsi orang tentang seks juga telah berubah. Orang kini lebih permisif pada hubungan seks. (news.com.au)
Suara.com - BACA JUGA:
5 Hal Positif Mengencani Mereka yang Pernah Bercerai
Ada Penyakit Baru Namanya Alergi Wifi
Kronologis Meninggalnya Ibunda Donna Agnesia
Peramal Buta Bulgaria: Ada Serangan Besar ke Eropa pada 2016