Apa yang dilakukan warga Bismo dan Tambakboyo, ternyata telah dilakukan desa tetangga, yakni Desa Keteleng yang hingga kini telah memiliki lebih dari 20 sumur resapan meski tidak terfasilitasi program IUWASH.
"Awal saya menjabat kades pada 2008 terjadi bencana longsor yang menimpa dua rumah. Saya kemudian berinisiasi membangun sumur resapan untuk mengurangi potensi longsor," kata Kades Keteleng, Wahyudi.
Sumur-sumur resapan itu, antara lain difasilitasi Badan Lingkungan Hidup (BLH) sebanyak 12 unit dan dua unit oleh PDAM Kabupaten Batang yang dibangun di berbagai titik, termasuk ladang milik warga.
"Desa Keteleng, Bismo, dan sekitarnya ini adalah daerah resapan primer. Makanya, fungsi sumur resapan penting untuk mengendalikan air. Kalau tidak dikendalikan, kekuatan air bisa merusak," tegasnya. (Antara)