Produk Hermes Ini Dibuat dari Bahan Sisa

Esti Utami Suara.Com
Selasa, 24 November 2015 | 13:55 WIB
Produk Hermes Ini Dibuat dari Bahan Sisa
Ilustrasi gerai Hermes. (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Saat masih kanak-kanak, Pascale Mussard sering menghabiskan masa kecilnya bersama pamannya Robert Dumas yang dikenal sebagia desainer tas Kelly  yang terkenal dari Hermes.  Pascale sering diminta mengumpulkan perca sisa-sisa bahan yang digunakan sang paman untuk mahakaryanya. Kulit sisa ini kemudian mereka ubah menjadi liontin yang indah.

Siapa sangka, jika kebiasaan inilah yang menjadi embrio bagi usaha Mussard, yang kini menjadi generasi keenam keluarganya yang bekerja di rumah mode mewah Hermes. Ia mengubah kulit-kulit sisa itu menjadi bahan karya bernilai tinggi.

Bengkel kerja milik keluarganya, menjadi taman bermainnya seusai pulang sekolah. Dia membuat beraneka bentuk mainan dari kulit-kulit sisa itu.  Dari sinilah tumbuh rasa sukanya pada dunia desain.

Lantas selulusnya dari European Business School London, Pascale melamar ke Hermes, tepatnya di bagian pembelian. Semua berjalan lancar, hingga satu hari salah seorang stafnya mengajukan pertanyaan, "Bagaimana jika satu hari kita kehabisan bahan baku?"

Pertanyaan ini mendorongnya untuk membuka sebuah bengkel di rumah untuk memanfaatkan bahan-bahan sisa di Hermes untuk membuat karya baik itu produk furnitur, aksesoris dan mainan.

Pada tahun 2009, ia dan setengah lusin pengrajin berhasil menciptakan sekitar 100 item dari bahan-bahan sisa. Mereka menamainya "Petit h". Koleksi pertama karya "Petit h" dirilis di toko Hermes di Paris pada 2010. Dan sejak itu label ini terus dimunculkan di butik Hermes di seluruh dunia.

Dan, baru-baru ini, edisi terbaru Petit h dipamerkan di Shanghai, dengan lebih dari 1.000 unit dijual hingga 29 November mendatang. Produk itu meliputi boneka panda, patung kuda, handle pintu dari kulit, selimut cangkir teh dari kulit buaya lengkap dengan syal Hermes dari sutra.  Penutup cangkir ini dirancang khusus untuk memenuhi permintaan pelanggan China.

"Moto kami adalah, 'Kami tidak membuang apa pun!'" Ini adalah cara yang berbeda dalam memandang sesuatu," ujar Pascale kepada China Daily di sela-sela temu media menjelang obral di Shanghai.

Petit dalam bahasa Perancis, berarti mungil atau kecil. Biasanya istilah ini mengacu pada tubuh perempuan. Dalam hal ini, nama itu dipilih untuk menggambarkan misi besar untuk memberi napas bagi  kehidupan kedua.

"Saya selalu terkejut ketika harus membuang sesuatu dengan sia-sia. Itu membuat saya sedih," ujar Mussard. Dia menambahkan, dia tak bisa membayangkan mengapa orang tidak mencoba untuk menyimpan sesuatu dan menggunakannya untuk keperluan lain.

"Orang sering mengartikan kreativitas sebagai ide  untuk menggolah bahan. Bagi saya itu adalah sebaliknya," ujarnya. (asiaone.com)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI