Kisah Inspiratif Dian Pelangi dan Asma Nadia Tentang Hijab

Ririn Indriani Suara.Com
Sabtu, 17 Oktober 2015 | 10:13 WIB
Kisah Inspiratif Dian Pelangi dan Asma Nadia Tentang Hijab
Asma Nadia. (Wikipedia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Desainer busana Muslim, Dian Pelangi dan penulis buku, Asma Nadia memperkenalkan tentang pemakaian hijab atau jilbab di arena "Frankfurt Book Fair" yang berlangsung di gedung pameran Frankfurt Messe, Jumat (16/10/2015) waktu setempat.

Dalam acara "Beauty and Belief" di Paviliun Indonesia pada "Frankfurt Book Fair", Asma mengaku mulai mengenakan jilbab pada usia 15 tahun meskipun ibunya sempat tidak setuju.

Asma mengatakan ibundanya menentang keras pemakaian jilbab. Ini dikarenakan sang bunda menilai perempuan berjibab tidak menarik, apalagi ia berencana mendaftarkan Asma mengikuti kompetisi cover girl.

Asma Nadia merupakan anak kedua dari pasangan Amin Usman yang berasal dari Aceh dan Maria Eri Susanti yang merupakan mualaf keturunan Tionghoa dari Medan.

Dia memiliki seorang kakak bernama Helvy Tiana Rosa, dan adik, Aeron Tomino. Mereka bertiga menekuni minat sebagai penulis.

Menurut Asma, ibunya menilai anak gadis akan mendapat kesulitan dalam mencari pekerjaan bila berhijab bahkan mencari suami sekalipun.

Padahal, menurutnya, saat ini perempuan berhijab dapat ditemui di mana-mana, lowongan pekerjaan pun terbuka luas bagi perempuan berjilbab. Bahkan, lanjut istri Isa Alamsyah ini, kini banyak pula artis dan polisi wanita (polwan) yang mengenakan jilbab.

"Nggak cuma itu, buku-buku tentang cara berhijab juga laku keras, karena perempuan ingin terlihat cantik meski berhijab," jelas ibu dari Eva Maria Putri Salsabila dan Adam Putra.

Sementara itu, Dian Pelangi yang lahir di Palembang 1991 dengan nama lengkap Dian Wahyu Utami mengenakan jilbab sejak kelas 5 sekolah dasar.

Dian memulai menjadi desainer junior pada "Jakarta Fashion Week 2009" yang memperkenalkan rancangan pakaian muslimah yang bergaya dan trendi.

Ajang itu menjadi momentum yang paling menentukan dalam karier sebagai desainer.

Dian terinspirasi akan pelangi yang begitu kaya warna dan selalu berusaha menggali kekayaan budaya Indonesia seperti kain songket yang indah, sampai batik yang mewah.

Popularitas Dian melejit setelah diwawancarai stasiun televisi CNN pada 2010 dan namanya langsung menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh dan diikuti di dunia mode Indonesia.

Bahkan sampai ke negara tetangga Singapura dan Malaysia, buku dan nama Dian Pelangi sudah dikenal dikalangan remaja di Negeri Jiran itu.

"Dian menjadi panutan para remaja di Malaysia," ujar salah satu peserta diskusi yang digelar di ruang eksibisi Indonesia.

Begitu pun nama Asma Nadia yang sejak awal 2009, merintis penerbitan dengan nama Asma Nadia Publishing House yang menerbitkan 50 buku dan beberapa bukunya diadaptasi menjadi film adalah Emak Ingin Naik Haji, Rumah Tanpa Jendela dan Assalamualaikum Beijing.

Ini merupakan bukti bahwa perempuan berhijab pun memiliki kesempatan yang sama untuk meraih sukses. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI