Suara.com - Tak lengkap rasanya berkunjung ke Moskow, Rusia, tanpa mengunjungi Masjid Agung Moskow (Moskovskiy Soborniy Mecet) yang terletak di Jalan Prospect Mira. Masjid itu bersebelahan dengan Olympic Indoor Stadium yang pernah digunakan saat pelaksanaan Olimpiade 1980.
Tak sulit untuk menemukan masjid yang diresmikan oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin itu. Masjid yang juga dikenal dengan Masjid Katedral Moskow itu terletak tak jauh dari stasiun kereta bawah tanah Prospect Mira.
Dari sana, pengunjung dapat berjalan kaki sejauh 300 meter. Jika kesulitan menemukan masjid tersebut, di depan stasiun banyak pemandu yang menawarkan jasanya. Biayanya? seikhlasnya.
Untuk mencapai ke masjid tersebut, kita akan melewati pasar tradisional. Di pasar tersebut, dengan mudah ditemukan makanan halal bagi kaum Muslim. Dari pasar tradisional itu, terlihat jelas kubah utama masjid yang berlapis emas setinggi 46 meter.
Kubah utama masjid dan dinding masjid itu dihiasi dengan ukiran ayat-ayat Al Quran. Dua menara yang didominasi warna biru setinggi 72 meter menjadi penanda lainnya. Sejumlah kubah kecil berwarna biru menghiasi atap masjid terbesar di daratan Eropa tersebut.
Hanya ada satu pintu masuk ke masjid itu, yang terletak di pintu kanan masjid. Pengunjung pun harus melewati "metal detector". Angin menyambut setiappengunjung. Maklum di sekeliling masjid itu tak banyak bangunan tinggi menjulang.
Di halaman masjid, banyak pengunjung duduk di pelataran menunggu waktu salat. Tak seperti di Tanah Air, pengunjung masjid di Moskow bebas menggunakan pakaian apa saja, bahkan ada pengunjung yang menggunakan gaun dengan lengan terbuka. Ya, karena ini Rusia.
Pengunjung akan merasa takjub begitu masuk ke dalam masjid yang mempunyai enam lantai dan dilengkapi tujuh "lift" tersebut.
Layaknya masjid lainnya, tempat salat untuk perempuan dan laki-laki pun dipisah. Kaum adam ada di lantai satu, dan untuk kaum hawa di lantai empat. Uniknya, terdapat satu lantai yang diperuntukkan bagi barang bawaan. Meski tak ada petugas yang menjaga, semua barang yang dititpkan di sini dijamin aman.
Ruangan masjid didominasi warna biru dan krem muda. Ayat-ayat Al Quran yang memuji kebesaran Allah, memenuhi dinding masjid. Di tengah kubah utama, menggantung lampu gantung raksasa. Dari sana seluruh bagian masjid diterangi.
Seorang warga negara Indonesia (WNI), Fathia (43) yang sudah lama tinggal di Rusia, mengatakan Pemerintah Rusia mulai menerima umat Islam dengan tangan terbuka sejak beberapa tahun terakhir.
Bahkan pada perayaan Idul Fitri dan Idul Adha, pemerintah Rusia menutup beberapa blok jalan untuk Salat Id. Pemerintah Rusia juga menempatkan petugas keamanannya untuk mengawal perayaan besar umat Islam tersebut.
Satu hal yang membanggakan, ada jejak presiden pertama Indonesia, Soekarno. Bung Karno pernah berkunjung ke sini pada 1956. Dalam kunjungannya ke Rusia untuk pertama kalinya itu, Bung Karno mengunjungi Masjid Agung Moskow. Dalam tabloid Masjid Agung Moskow, terlihat Bung Karno berada di dalam masjid dengan ditemani dengan Imam Besar masjid tersebut.
Pada saat era Uni Soviet, seluruh masjid dan gereja di seluruh negeri beralih fungsi menjadi gudang. Masjid itu merupakan satu-satunya masjid yang tidak ditutup.
Bung Karno juga berperan dalam membuka kembali fungsi Masjid Biru yang terletak di Saint Petersburg. Bung Karno meminta pada Pemimpin Uni Soviet saat itu, Nikita Khrushchev, untuk mengembalikan fungsi masjid itu. Ajaibnya, dalam hitungan hari masjid itu pun kembali menjadi tempat ibadah.
Masjid katedral Moskow dibangun pada 1904 berdasarkan inisiatif seorang ulama, B Alimov. Masjid itu dibangun diatas tanah yang dibeli oleh saudagar bernama Habibul Akbulatov dan Sabirzyan Bakirov pada 1901, seperti yang dikutip dari tabloid masjid berbahasa Rusia tersebut.
Pada 2 Desember 1902 Habibul Akbulatov dan Sabirzyan Bakirov memberikan lahan itu kepada kepala kepolisian Moskow untuk dimanfaatkan sebagai majelis bagi umat Muslim.
Masjid itu dibangun oleh arsitek ternama Rusia yakni Nikolai Nikolaevich Zhukov pada Juni 1904. Bangunan masjid yang terbuat dari batu tersebut berdiri pada November 1904. Pada saat itu, Imam Masjid Agung Moskow, B Alimov, mengajukan permohonan untuk bisa melakukan salat di mesjid itu.
Sebulan kemudian, komunitas Muslim Moskow memutuskan anak tertua B Alimov, Muhammed Safi Alimov, sebagai imam masjid. Di bawah kepemimpinannya terjadi perluasan fungsi dan pembangunan mesjid. Tak hanya sebagai tempat salat tetapi juga sekolah.
Pada era Uni Soviet, Masjid Agung Moskow, merupakan satu-satunya masjid yang tidak ditutup. Pada masa itu, terjadi pembantaian para ulama di sekitar masjid, namun tak menyurutkan nyali umat Islam beribadah di masjid itu.
Pada masa Perang Dunia II, saat Tentara Uni Soviet mengalami kesulitan melawan Jerman, umat Muslim di Moskow justru penggalangan dana untuk membantu Tentara Merah dalam perperangan.
Pada saat itu, terkumpul 55.000 rubel dalam bentuk tunai dan 20.000 rubel dalam bentuk obligasi. Semua itu disumbangkan Muslim Moskow kepada Tentara Merah.
Tak ayal, pemimpin tertinggi Uni Soviet saat itu, Joseph Stalin, mengirimkan telegram yang berisi ucapan terimakasih kepada umat Muslim Moskow. Telegram itu ditujukan kepada Imam Masjid, Halil Nastrejinov, pada 1944.
Dalam telegram itu, Stalin menulis, "Mohon sampaikan salam saya dam ucapan terimakasih dari Tentara Merah kepada Umat Muslim Moskow'.
Sejak itu, terjadi perubahan politik pemerintah dengan kehidupan beragama, serta terjadi normalisasi hubungan pemerintah dengan umat muslim Moskow.
Oleh karenanya, tak heran jika kemudian Presiden Rusia Vladimir Putin meresmikan masjid tersebut bertepatan dengan peringatan 70 tahun kemenangan Uni Soviet dari Nazi Jerrman pada Perang Dunia II. Sejatinya, masjid itu baru akan diresmikan pada 2015.
Setelah direnovasi pada 2005, luas masjid tersebut mencapai 19.000 meter persegi dan bisa menampung lebih dari 10.000 jemaah. Renovasi masjid tersebut membutuhkan biaya 170 juta dolar AS atau Rp2,43 triliun.
Dana sebesar itu sebagian besar dibiayai anggota Dewan Federasi Rusia dari Republik Dagestan, Suleyman Kerimov, Turki dan negara Timur Tengah lainnya. Bahkan Palestina pun memberikan sumbangan 25.000 dolar AS. (Antara)
Menyusuri Jejak Bung Karno dan Stalin di Masjid Agung Moskow
Esti Utami Suara.Com
Sabtu, 10 Oktober 2015 | 08:12 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Dinas Sosial Bogor 'Biarin' Korban Bencana, Pegawai Jalan-jalan ke Bali Pakai Anggaran Rp900 Juta?
14 November 2024 | 23:34 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI
Lifestyle | 08:12 WIB
Lifestyle | 08:10 WIB
Lifestyle | 07:10 WIB
Lifestyle | 21:18 WIB
Lifestyle | 20:37 WIB
Lifestyle | 20:33 WIB