Erwin Kusuma, Dokter yang Akrab dengan Anak-anak Indigo

Ririn Indriani Suara.Com
Senin, 31 Agustus 2015 | 18:02 WIB
Erwin Kusuma, Dokter yang Akrab dengan Anak-anak Indigo
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bila Anda memiliki anak yang mempunyai kemampuan  bisa melihat makhluk halus atau meneropong masa lalu dan masa depan, jangan terburu-buru mencapnya sebagai paranormal atau cenayang, karena bisa jadi ia adalah anak indigo.

Namun, untuk memastikan apakah anak tersebut indigo atau tidak, orangtua perlu membawa anaknya ke psikiater atau psikolog untuk ditelusuri lebih jauh melalui serangkaian pemeriksaan seperti tes IQ, wawancara dan foto aura.

Berbicara soal anak indigo, hingga kini fenomena tersebut masih kontroversial, bahkan di kalangan ahli pun masih ditanggapi dengan pendapat yang berbeda.

Ada yang menganggapnya sebagai autisme, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH), atau skizofrenia karena sering berhalusinasi. Namun, ada pula yang menganggapnya sebagai kemampuan istimewa yang tidak dimiliki oleh semua orang.

Nah, salah satu dokter yang mempunyai perhatian khusus terhadap anak-anak indigo adalah Kol (purn) dr Tubagus Erwin Kusuma, SpKJ (K).

Sebagai psikiater anak dan remaja, ia tertarik dengan fenomena tersebut bukan karena menganggap indigo sebagai penyakit yang harus disembuhkan, tetapi dilatarbelakangi oleh rasa prihatinnya lantaran anak indigo sering mengalami stres.

Stres yang dialami anak-anak indigo terjadi karena, kata dia, perilaku dan gagasan anak indigo berbeda dari kebanyakan anak seusianya.

"Contohnya, ada yang bisa melihat makhluk halus, meneropong masa lalu dan masa depan sehingga orangtua dan lingkungan sering menganggapnya aneh, karena dinilai ia sedang berhalusinasi," jelas lelaki kelahiran Kupang (Timor), 26 Januari 1938, ini saat ditemui suara.com di ruang praktiknya di Pro V Clinic, Jakarta, belum lama ini.

Kondisi ini, lanjut dia, membuat anak-anak indigo rentan mengalami stres, karena mendapat perlakuan berbeda dan banyak yang tidak mempercayai apa yang dialaminya.


Indigo bukan penyakit ...

Indigo Bukan Penyakit
Beranjak dari keprihatinan itulah, Erwin getol melakukan edukasi kepada masyarakat terutama orangtua yang memiliki anak indigo agar mereka memahami secara benar tentang fenomena ini. Ia berpendapat bahwa indigo bukanlah penyakit, melainkan kemampuan istimewa dari sang Maha Pencipta yang harus dihadapi, diterima dan dikelola secara bijak.

Jadi, menurut Erwin, tidak ada yang salah dengan anak indigo, tapi dampak yang dia dapat dari lingkungan itulah yang harus ditangani.

"Anak indigo itu old soul (berjiwa tua) makanya dia lebih bijak, memiliki kecerdasan spiritual bahkan dibanding orangtuanya sendiri. Kenapa jiwanya tua, karena anak indigo punya rekaman kehidupan di masa lalu," imbuh dokter lulusan Univeritas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur ini.

Lebih lanjut Erwin mengatakan bahwa kunci menghadapi anak indigo hanya satu, yaitu orangtua harus menerima keberadaannya, setelah itu barulah lingkungannya.

"Saya beberapa kali menghadapi orangtua yang belum tau kalau anaknya indigo. Pernah ada seorang bapak datang membawa anaknya yang dianggapnya suka berkhayal karena sering ngobrol sendiri, tapi si anak mengaku nggak ngobrol sendiri, karena ada temannya yang dipanggil si Putih," urainya panjang lebar.

Karena cerita si anak tentang temannya yang tidak terlihat itu dianggap sebagai khayalan, lantas sang ayah memintanya untuk tidak lagi menceritakan hal-hal yang tak nyata tersebut. Sejak itulah anaknya menjadi pendiam, murung dan terlihat stres.

Itulah yang kemudian membuat orangtuanya memutuskan untuk mengkonsultasikan apa yang dialami anaknya itu kepada Erwin. Setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata anaknya yang berjenis kelamin lelaki itu adalah anak indigo.   

"Di situlah saya kasih pemahaman kepada orangtuanya dan bagaimana cara bijak menangani anak indigo. Jadi, si anak nggak stres dan orangtua pun bisa mengarahkan anaknya sehingga bisa tumbuh dengan baik dengan keistimewaan yang dimilikinya," jelas dokter yang pernah menimba ilmu di World Spiritual University di Madhuban, India ini.

Fenomena gunung es ...

Fenomena Gunung Es
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa di Jakarta ada sekitar 100 lebih anak indigo yang ditanganinya. Itu belum termasuk anak indigo yang ke konsultasi ke psikolog atau psikiater lain.

"Jadi, fenomena ini seperti gunung es, baru sebagian kecil yang tampak di permukaan, tapi ada jumlah yang lebih besar anak indigo yang belum tersentuh oleh para ahli," paparnya.

Istilah Indigo itu sendiri, kata Erwin, berasal dari bahasa Spanyol yang berarti “nila.” Warna hasil campuran biru dan ungu ini, lanjut dia, akan terpancar di dahi anak-anak Indigo bila di foto dengan kamera khusus yang mampu merekam medan elektromagnetik tubuh manusia yang populer disebut foto aura.

Warna aura ini tidak ditemukan pada kebanyakan manusia. Inilah salah satu ciri yang membedakan anak indigo dengan anak-anak umumnya. Selain foto aura, tambah Erwin, anak indigo juga akan melalui tes wawancara untuk memastikan keindigoannya dan tipenya.
 
Erwin mengatakan bahwa anak Indigo biasanya menguasai berbagai keahlian dengan baik sesuai dengan tipenya yang dikenal secara umum hingga saat ini.

Pertama, tipe artis. Kemampuan golongan ini adalah membuat berbagai karya universal secara spritual. Kedua, tipe konseptualis. Kelompok ini ahli menciptakan berbagai konsep.

Ketiga, tipe humanis. Tipe ini, kata Erwin, memiliki perasaan yang sangat peka tidak hanya kepada manusia, tetapi hewan dan tumbuhan juga. Sedangkan keempat adalah tipe interdimensional yang memiliki kemampuan melihat mahluk mahluk halus dari dimensi lain.

Rutin senam muka dan gerakan jari ...

Rutin Senam Muka dan Gerakan Jari
Erwin memang begitu antusias bila diajak berbicara seputar anak indigo meski ia mengaku bukan indigo. Baginya ini merupakan fenomena unik yang menarik untuk dipelajari dan dipahami secara bijak.
 
Selain concern dengan anak-anak indigo, Erwin juga memiliki berbagai kegiatan lain seperti Konsulen Departemen Kesehatan Jiwa RSPAD Jakarta dan dosen Hipnosis Kedokteran Bagian Psikiatri FK-UI dan dosen FK-UPN Veteran.

Lebih dari itu, ia juga aktif memberikan ceramah dan pelatihan di bidang Psikiatri Umum, Psikiatri Anak & Remaja, Hipnosis Kedokteran Dasar (Basic) dan Lanjutan (Advanced), serta Psikiatri Spiritual. Pun mengembangkan program auto hypnosis Kesehatan untuk kalangan non-kesehatan, hypno slimming dan hypno parenting.

Dengan segudang kesibukannya itu, ayah satu anak ini tetap mempunyai waktu untuk menjaga kebersamaannya dengan keluarga tercinta. Di akhir pekan misalnya, ia mengaku banyak memanfaatkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga.

"Biasanya makan bersama atau jalan-jalan, tapi seringnya di rumah, istirahat," terang suami dari Dian Angriani, artis sekaligus mantan penari istana era Presiden Soekarno ini.

Sementara, untuk menjaga kebugaran tubuh, Erwin memilih latihan fisik ringan seperti jalan santai, senam muka dan menggerakan jari-jari tangan. "Terlihat ringan memang, tapi mampu merangsang semua saraf yang berefek pada kesehatan otak," ujar penyuka soto buatan sang istri yang pandai memasak ini.

Itulah gambaran kehidupan Erwin yang selalu berusaha menyeimbangkan hidupnya baik untuk dirinya sendiri, karier dan keluarga.   

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI